Kamis, Oktober 2, 2025

Profesor UGM : Bakteri Tumbuhan Kurangi Ketergantungan Pupuk

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Tanaman rentan terhadap serangan penyakit termasuk bakteri patogen.

Sejarah mencatat awal berkembangnya bakteriologi tumbuhan melalui penemuan penyakit hawar api (fire blight) pada pohon pir oleh Thomas Jonathan Burrill pada 1878. Dampaknya terhadap sektor pertanian cukup signifikan, kerugian ekonomi global akibat penyakit tanaman pemicu bakteri bisa mencapai USD 49,6 miliar per tahun.

Namun, di balik ancamannya, bakteri pada tanaman juga menyimpan potensi besar bagi pertanian berkelanjutan. Prof. Tri Joko, SP, M.Sc., Ph.D. mengungkapkan dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam bidang Bakteriologi Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM.

“Bakteri sudah banyak dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga hama maupun nematoda parasit tumbuhan,” kata Tri, Kamis 3 Juli 2025.

Menurutnya, bakteri antagonis bisa bermanfaat sebagai agen pengendali hayati untuk melawan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Penelitian bakteri seperti Bacillus, Streptomyces, dan Pseudomonas dan penggunaan sebagai Agen Pengendali Hayati (APH) mengatasi berbagai penyakit tanaman. Selain fungsinya dalam perlindungan, bakteri juga mendukung kesehatan tanaman melalui interaksi kompleks di zona akar (rizosfer).

“Selain itu, bakteri juga dapat meningkatkan pertumbuhan secara langsung melalui berbagai mekanisme dengan menyediakan faktor pertumbuhan,” ujarnya, merujuk pada hasil riset yang menunjukkan kontribusi bakteri dalam pensinyalan biokimia dan peningkatan kesuburan tanah.

Tri memaparkan, konsep pertanian masa depan harus mengarah pada keberlanjutan dan ramah lingkungan. Pemanfaatan bakteri sebagai pemacu pertumbuhan tanaman (PGPB) dan agen pengendali hayati dapat mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis. Hal ini asal pengelolaan dengan benar.

“Pemanfaatan bakteri yang terintegrasi dengan teknik pengelolaan penyakit dapat menjadi pendekatan pertanian berkelanjutan yang dapat mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida sintetis,” pungkasnya. (*)

Editor : Hendrati Hapsari

Read more

Local News