PanenTalks, Jakarta-Menteri Ketenagakerjaan Yasierli menyatakan komitmen penuh dalam mendukung program prioritas Presiden Prabowo Subianto, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG), yang mendapat sambutan hangat dari masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan.
“Kemnaker tentu siap dan berkomitmen untuk mendukung MBG, karena prospek program ini mampu menyerap tenaga kerja yang sangat besar,” ujar Yasierli dalam penandatanganan nota kesepahaman dengan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana, Senin (14/4/2025), di kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta.
Nota kesepahaman tersebut mengusung sinergi dalam Program Bidang Ketenagakerjaan untuk Pemenuhan Gizi Nasional sebagai bentuk dukungan konkret Kemnaker terhadap inisiatif strategis nasional.
Yasierli menegaskan, pihaknya akan mengoptimalkan berbagai fasilitas yang dimiliki seperti Balai Besar Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BBPVP), Balai Pengembangan Kesempatan dan Perluasan Kerja (BPPK), serta Balai Latihan Kerja (BLK) Komunitas sebagai pusat pelatihan bagi tenaga kerja di bidang pemenuhan gizi.
“Kemnaker punya fasilitas balai yang bisa mendukung pelatihan dan sertifikasi tenaga-tenaga yang terlibat. Kami yakin MBG akan sukses jika ditopang oleh tenaga yang memiliki kompetensi standar,” tegasnya.
Ia juga menyebut kerja sama ini akan memperkuat agenda ketenagakerjaan yang lebih inklusif, responsif terhadap isu gizi, dan mendukung terciptanya sumber daya manusia yang sehat, produktif, dan kompetitif.
Sementara itu, Kepala BGN Dadan Hindayana menyebut program MBG sebagai investasi terbesar pemerintah dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan target 30.000 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di seluruh Indonesia, program ini diproyeksikan mampu menciptakan 1,5 juta lapangan kerja langsung.
“Setiap SPPG akan diisi tiga tenaga fungsional, yaitu kepala satuan pelayanan, ahli gizi, dan ahli akuntansi. Ditambah sekitar 50 orang relawan untuk memasak, membersihkan, dan mendistribusikan makanan,” kata Dadan.
Hingga April 2025, sudah terbentuk 1.072 SPPG aktif, yang berarti telah ada 1.072 kepala satuan pelayanan, 1.072 ahli gizi, dan 1.072 ahli akuntansi yang terlibat langsung.
“Dampak nyatanya, banyak ibu rumah tangga usia 40-45 tahun yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan, kini bisa mendapatkan gaji Rp2 juta per bulan dengan bekerja di SPPG,” ujar Dadan.
Ia menambahkan, kehadiran SPPG juga berperan dalam memicu pertumbuhan ekonomi lokal. Sedikitnya 15 wirausaha baru tercipta di setiap wilayah, mulai dari pemasok bahan pangan seperti daging, telur, sayur, hingga pengelola limbah organik dan minyak jelantah.
“MBG bukan hanya soal makanan, tapi penggerak ekonomi kerakyatan yang nyata.” pungkas Dadan.