PanenTalks, Yogyakarta – Produktivitas kebun sawit rakyat yang masih tergolong rendah terus menjadi perhatian dalam pengembangan industri sawit nasional. Produksi Crude Palm Oil (CPO) dari perkebunan rakyat baru berkisar 3–4 ton per hektar per tahun, jauh tertinggal dari produktivitas lahan milik perusahaan swasta dan BUMN. Salah satu penyebab utama kondisi ini adalah keterbatasan pengetahuan dan kompetensi teknis pekebun sawit swadaya.
Menanggapi tantangan tersebut, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bersama Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) melaksanakan Program Pengembangan SDM Perkebunan Kelapa Sawit. Program ini didanai dari hasil pungutan ekspor sawit dan menyasar berbagai bidang, seperti peremajaan kebun, peningkatan infrastruktur, riset, dan pengembangan sektor hulu hingga hilir.
Dalam aspek peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pelatihan dan pendidikan bagi petani, koperasi, serta pendamping lokal rutin diselenggarakan.
“Tujuan utama dari program pengembangan SDM adalah menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar dapat memenuhi kebutuhan kriteria industri kelapa sawit berkelanjutan,” ujar Mohammad Alfansyah, Direktur Penyalur Dana Sektor Hilir BPDP.
Kegiatan pelatihan ini digelar secara rutin, dengan sasaran para pelaku di sektor sawit swadaya, seperti pekebun, pengurus koperasi (KUD), hingga aparatur pendamping di daerah.
Ditemui saat konferensi pers, Ir Baginda Siagian (Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ditjen Perkebunan) menjelaskan,
“Para peserta pelatihan yang berasal dari berbagai wilayah penghasil sawit ini mengikuti pelatihan melalui undangan berdasar Data Rekomendasi Teknis (rekomtek). Rekomtek berisi daftar peserta ini diajukan oleh Dinas Perkebunan masing-masing wilayah yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.”
Pelatihan Berbasis Teori dan Praktik Lapangan
Metode pelatihan yang digunakan tidak hanya mengandalkan materi di kelas, tetapi juga memberikan pengalaman langsung di lapangan. Materi pelatihan mencakup budidaya sawit berkelanjutan, teknik panen dan pascapanen, penguatan kelembagaan, pengelolaan keuangan, promosi produk sawit, hingga pemetaan lokasi perkebunan.
“Melalui bentuk pelatihan seperti ini, pekebun tidak hanya mengerti secara teori, tetapi juga mampu mempraktikkannya di kebun masing-masing,” jelas Pranoto Hadi Raharjo, Direktur LPP Agro Nusantara.
LPP Agro Nusantara, Mitra yang Konsisten Sejak 2016
Sejak tahun 2016, LPP Agro Nusantara dipercaya sebagai mitra strategis BPDP dalam penyelenggaraan pelatihan SDM sawit. Lembaga ini telah lama berpengalaman dalam pengembangan kapasitas tenaga kerja perkebunan sejak berdiri pada tahun 1950, baik di aspek teknis maupun manajerial.
Pada tahun 2025, BPDP menargetkan 10.786 peserta dari 17 provinsi penghasil sawit untuk mengikuti pelatihan. Dari jumlah tersebut, LPP Agro Nusantara mendapatkan mandat melatih 2.066 peserta, naik signifikan dari 1.339 peserta pada tahun sebelumnya.
Program ini diselenggarakan dalam 71 kelas pelatihan yang mencakup 11 jenis pelatihan teknis dan manajerial, tersebar di 9 provinsi utama: Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Sulawesi Barat.
“Investasi pada pengembangan SDM merupakan langkah strategis untuk membangun masa depan perkebunan Indonesia yang tangguh, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar Suhendri, Direktur SDM & TI PT Perkebunan Nusantara IV Subholding Perkebunan.
Melalui program pelatihan ini, BPDP dan Ditjenbun menargetkan peningkatan keterampilan petani sawit swadaya agar lebih produktif dan kompetitif.
Langkah ini diharapkan mampu mendongkrak hasil panen, meningkatkan daya saing petani kecil, dan mewujudkan sistem perkebunan kelapa sawit nasional yang berkelanjutan. (*)