Jumat, Oktober 3, 2025

Rakernas JKPI Tetapkan Yogyakarta Ibu Kota Budaya Indonesia

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Yogyakarta menjadi tuan rumah Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) XI. Kegiatan ini berlangsung pada Rabu, 6 Agustus 2025 di Hotel Tentrem dengan menghadirkan perwakilan dari 58 daerah.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menyatakan Rakernas JKPI menjadi embrio untuk penetapan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Budaya Indonesia. Yang mana hal tersebut akan membawa dampak baik bagi pelestarian warisan budaya dan pusaka secara berkelanjutan.

“Pelestarian budaya harus membawa manfaat secara kontekstual, yang sifatnya tidak hanya secara fisik tapi juga non fisik. Sebagai contoh ada situasi banyak orang yang kehilangan mata pencaharian, kemudian ada kelesuan perekonomian. Melalui aktivitas budaya inilah kita dorong agar bisa menghidupkan nilai ekonomi,” kata Wali Kota.

Pihaknya menambahkan melalui rangkaian Rakernas JKPI diupayakan membawa multiplayer effect bagi geliat ekonomi masyarakat lokal. Termasuk UMKM, pelaku ekonomi kreatif juga penyedia jasa pariwisata.

“Tema dalam Rakernas JKPI di Kota Yogyakarta menyangkut Kawasan Cagar Budaya (KCB). Pemkot sendiri berupaya menguatkan destinasi KCB Kraton utamanya Kotabaru, Kotagede, dan Pakualaman agar makin populer dan berdampak pada kesejahteraan ekonomi sosial masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.

Refleksi Pelestarian Pusaka

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menuturkan Rakernas JKPI bukan hanya sebatas forum bertukar gagasan dan pengalaman atas praktik baik milik masing-masing daerah. Tetapi menjadi ruang refleksi yang jujur dan mandalam atas strategi pelestarian pusaka yang telah ada.

Pemberian Kenang-kenangan dari JKPI kepada Sri Sultan Hamengku Buwono X. (dok:pemkotyogya)

“Ruang ini sebagai refleksi, apakah strategi pelestarian selama ini sudah cukup melibatkan suara warga masyarakat. Sudahkah regulasi dan kebijakan yang kita dorong smemberi ruang inovasi sembari tetap berpijak pada nilai luhur, serta bagaimana kesadaran generasi muda terhadap pusaka dan warisan budaya,” tuturnya.

Sri Sultan menyampaikan, pelestarian tidak hanya berfokus pada yang tangible berupa bangunan, struktur, zona dan kawasan. Tetapi juga intangible perihal nilai, ingatan kolektif, serta praktik hidup yang syarat makna mendalam dan menyentuh jiwa.

“Kami di Yogyakarta belajar menjaga pusaka agar tidak hanya menjadi objek, tetapi sebagai proses sosial yang hidup dan harus terus dirawat lewat dialog, partisipasi, dan keberanian untuk membaca ulang konteksnya agar lebih inklusif, responsif dan berakar pada kesadaran kolektif masyarakat,” ujarnya.

Pihaknya juga yakin bahwa JKPI punya peran strategis menjadi lokomotif pada proses pelestarian pusaka, sebagai penggerak yang mampu menempatkan warisan budaya sebagai sumber daya nilai dalam membentuk masa depan kota maupun kabupaten secara cerdas, beretika, dan kontekstual.

“Memantapkan arah bersama agar pelestarian yang kita lakukan tidak sekadar reaktif, administratif atau simbolik, tapi benar-benar menyentuh jantung masyarakatnya. Sebab kota pusaka adalah kota yang hidup dan menghidupi dengan makna dan nilai di dalamnya,” pesannya.

Pengembangan Ibu Kota Budaya

Sementara itu, Wali Kota Banjarmasin sekaligus Ketua Presidium JKPI, Muhammad Yamin mengatakan rangkaian Rakernas JKPI XI merupakan momen refleksi dari kota pusaka. Pelestarian warisan budaya tidak boleh berhenti pada konservasi fisik tapi harus menyentuh kehidupan masyarakat.

Wali Kota Banjarmasin sekaligus Ketua Presidium JKPI, Muhammad Yamin. (dok:pemkotyogya)

“Kota pusaka harus menambah kekuatan ekonomi, memperkuat karakter lokal, dan membuka ruang inovasi berbasis tradisi. Rakernas ini juga jadi kesempatan baik dalam pengembangan Ibu Kota Budaya Indonesia,” katanya.

JKPI telah menetapkan Yogyakarta sebagai Ibu Kota Budaya untuk periode 2025-2026. Penetapan ini berdasarkan sejarah panjangnya dalam memelihara warisan budaya. “Mulai dari Kawasan Kraton, kampung budaya, batik, seni pertunjukan dan tata ruang kosmologis, serta inisiatif dan kreativitas masyarakatnya,” ungkap Yamin. (*)

Read more

Local News