PanenTalks, Yogyakarta – Komitmen Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam mewujudkan pemerataan pendidikan di Indonesia kembali ditegaskan oleh Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, saat menghadiri temu alumni Kagama Papua di Jayapura.
Dalam acara yang berlangsung hangat di Yasbeer Cafe dan Resto, Rektor menyampaikan kesepakatan bersama Pengurus Daerah Kagama. Dalam kesepakatan itu untuk memperluas akses bagi anak muda Papua agar dapat menempuh pendidikan tinggi di UGM melalui jalur khusus.
“Kita mendorong makin banyak talenta dari Papua yang dikirim untuk kuliah di UGM melalui program khusus,” kata Ova.
Pendidikan sebagai Jalan Membangun Papua
Rektor menekankan bahwa pembukaan jalur khusus ini adalah bagian dari upaya untuk membangun bangsa secara adil dan berkelanjutan, khususnya melalui pengembangan kualitas sumber daya manusia di Papua.
“Saya kira ini bentuk win-win solution kita untuk membangun bangsa,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ova mengungkapkan telah melakukan pembicaraan dengan Penjabat Gubernur Papua untuk membuka peluang lebih luas bagi para calon mahasiswa asal Papua, termasuk dalam hal beasiswa pendidikan.
“Tadi sudah bertemu Pj gubernur dan memberikan kesempatan untuk mendapat beasiswa. Yang penting calon mahasiswa ingin belajar dan setelah lulus membesarkan daerah asal,” kata Rektor lagi.
Peran Alumni dan Kolaborasi untuk Masa Depan
Dalam kesempatan tersebut, Rektor juga mengajak para alumni untuk tetap aktif dalam memberi kontribusi bagi kemajuan wilayah Indonesia paling Timur itu melalui jejaring Kagama. Ia menegaskan bahwa UGM terbuka terhadap ide dan inisiatif dari para alumni demi kepentingan bangsa.
“Jadi, jangan sungkan-sungkan. Kami selalu terbuka terhadap usulan yang baik untuk bangsa kita sendiri,” katanya.
Sementara, Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, dan menekankan pentingnya kolaborasi antara kampus dan alumni untuk mendukung Papua agar lebih maju dan sejahtera.
“Mari kita berkolaborasi dan menjaga komitmen agar daerah ini semakin kaya dan maju serta dengan bekerja sama-sama,” katanya.
Sementara itu, Christian Shoilait selaku pengurus Kagama mengungkapkan dalam beberapa tahun terakhir, jumlah mahasiswa dari Papua yang kuliah di UGM mengalami penurunan. Ia menyebut salah satu penyebabnya adalah regulasi baru yang membatasi pengiriman calon mahasiswa.
“Saat ini Papua masih kurang dalam pengiriman SDM ke UGM. Dulu Gubernur minta masukan kita bagaimana anak-anak bisa kuliah ke UGM. Saat itu pengiriman anak kuliah di UGM cukup banyak. Pokoknya ada kuota khusus yang akhirnya menghasilkan banyak dokter,” ujarnya.
Christian berharap pertemuan ini bisa menjadi titik balik bagi kebangkitan Kagama Papua dan mempererat jaringan alumni di wilayah tersebut. Ia mengajak para alumni untuk lebih aktif terlibat dan membangun daerah bersama.
“Mudah-mudahan setelah pertemuan ini, kita para anggota Kagama mungkin sedikit ‘hidup’ karena masih banyak alumni di Papua yang belum melibatkan diri dalam Kagama. Dari angkatan saya ada 48 orang, semua masih hidup (sehat),” katanya sambil tersenyum. (*)