PanenTalks, Jakarta – Rice transplanter menjadi solusi peralatan modern untuk meningkatkan produktivitas panen. Kementerian Pertanian RI gencar melakukan modernisasi dengan menggunakan peralatan tersebut.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Publik Kementan, Moch. Arief Cahyono mengatakan, rice transplanter berfungsi menanam bibit padi secara teratur tanpa petani harus menginjak sawah.
“Dengan satu operator, rice transplanter mampu menyelesaikan penanaman di satu hektare sawah hanya dalam waktu lima jam,” kata dia, mengutip dari Kementerian Pertanian, Senin 26 Mei 2025.
Rice transplanter merupakan alat tanam padi modern membantu petani menanam padi lebih cepat, rapi dan efisien. Modernisasi sektor pertanian melalui alat dan mesin pertanian (alsintan) meningkatkan efisiensi kerja petani, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual.
Sejalan dengan upaya tersebut, dalam berbagai kesempatan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan modernisasi merupakan langkah strategis mewujudkan swasembada pangan.
“Dengan alsintan, proses budidaya pertanian dapat dilakukan lebih cepat, efisien, dan hasilnya pun meningkat,” ujarnya.
Dia memperbandingkan, metode tanam manual membutuhkan sekitar 25–30 orang dan waktu hingga dua hari untuk luasan lahan sama. Oleh karena itu, penggunaan rice transplanter tidak hanya menghemat waktu dan tenaga, tetapi juga menekan biaya operasional secara signifikan.
Selain itu, kata dia, rice transplanter memberikan keunggulan dalam menjaga jarak tanam agar seragam. Hal ini berdampak positif terhadap pertumbuhan tanaman lebih merata dan hasil panen lebih tinggi.
Di sisi lain, alat ini juga ramah lingkungan karena dapat mengurangi kerusakan lahan akibat injakan selama proses tanam manual.
Rice transplanter terdiri atas dua jenis, yaitu tipe berjalan (walking type) dan tipe mengendarai (riding type). Pada tipe berjalan, operator mengarahkan alat sambil berjalan di belakang mesin. Bibit padi diletakkan di rak khusus dan dapat diisi ulang dengan mudah selama proses penanaman berlangsung.
Sementara itu, tipe mengendarai memungkinkan operator duduk dan mengemudikan mesin seperti kendaraan. Walaupun mekanismenya serupa, alat ini menawarkan kenyamanan lebih. Kedua jenis ini sama-sama efektif mempercepat dan merapikan proses tanam, sehingga penggunaannya dapat disesuaikan dengan kondisi serta kebutuhan di lapangan.
“Kami mengajak seluruh petani di Indonesia untuk memanfaatkan rice transplanter guna mewujudkan pertanian yang lebih modern, efisien, dan berkelanjutan,” tutup Moch. Arief Cahyono.
Sebagai bentuk komitmen terhadap percepatan mekanisasi pertanian, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka bersama Mentan Amran melakukan kunjungan kerja ke Desa Gempel, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Sabtu 24 Mei 2025.
Wapres dan Mentan Amran menanam padi bersama petani menggunakan rice transplanter walking type dengan sistem tanam Jajar Legowo (Jarwo). Selain itu, menggunakan varietas unggul Inpari 32 yang memiliki potensi hasil mencapai 8–8,5 ton per hektare.
Sistem tanam Jarwo merupakan metode menanam padi dengan mengatur jarak antarbaris tanaman serta memberikan barisan kosong sebagai pemisah. Tujuannya agar tanaman padi mendapatkan efek tanaman pinggir, seperti pencahayaan matahari merata.
Sistem ini terbukti mampu meningkatkan produktivitas, mengurangi serangan hama dan penyakit, serta mempermudah proses pemupukan dan pengendalian hama. Oleh karena itu, sistem tanam Jarwo sebagai salah satu metode terbaik dalam budidaya padi.
Dalam kesempatan tersebut, Wapres Gibran menegaskan, pemerintah akan terus hadir di tengah petani dan memastikan seluruh kebutuhan mereka terpenuhi.
Ia juga menyampaikan bahwa cadangan beras pemerintah saat ini mencapai 3,9 juta ton, jumlah tertinggi dalam sejarah Indonesia.
Sebagai bentuk dukungan konkret, Wapres turut menyerahkan bantuan alat dan mesin pertanian kepada kelompok tani di Ngawi. Berupa satu unit combine harvester dan 13 unit traktor roda dua. (*)