PanenTalks, Jakarta-Indonesia terus memperkuat posisinya sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar dunia, dengan nilai ekspor yang mencapai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,9 triliun.
“Dengan produksi mencapai 9,75 juta ton dan nilai ekspor lebih dari US$ 300 juta, rumput laut menjadi salah satu andalan ketahanan pangan, ekonomi pesisir, dan solusi iklim,” ujar Dandy Satria Iswara, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kemenko Bidang Pangan, dalam pernyataannya melalui akun resmi @kemenkopangan.ri, Kamis (19/6/2025).
Dandy menegaskan bahwa pemerintah telah menyusun National Seaweed Roadmap sebagai bentuk komitmen jangka panjang. Roadmap tersebut akan memfokuskan pada peningkatan produktivitas, diversifikasi produk bernilai tinggi, serta penguatan investasi dan daya saing global.
Ia juga menyampaikan bahwa potensi rumput laut Indonesia hadirdalam forum internasional, termasuk dalam agenda Global Seaweed Coalition pada rangkaian acara UN Ocean Conference 2025.
“Indonesia juga mendukung pembentukan Global Seaweed Coalition sebagai langkah kolaboratif global yang inklusif dan berorientasi pada keberlanjutan laut,” ungkapnya.
Dari sisi hilirisasi, potensi rumput laut Indonesia sangat besar. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, menyampaikan bahwa potensi pasar produk turunan rumput laut bisa mencapai US$ 11,8 miliar atau sekitar Rp 192,34 triliun pada tahun 2030.
“The Global Seaweed Market Report tahun 2023 telah mengidentifikasi pasar baru yang berkembang untuk produk hilir rumput laut. Ini mencakup biostimulan, bioplastik, aditif pakan hewan, nutraseutikal, protein alternatif, farmasi, hingga tekstil,” jelas Putu dalam acara Business Matching Industri Rumput Laut di Kantor Kemenperin, Selasa (25/6).
Dengan strategi hilirisasi dan dukungan kebijakan nasional, pemerintah berharap rumput laut tidak hanya menjadi komoditas ekspor mentah, tetapi juga menjadi kekuatan industri baru bagi perekonomian nasional.