Jumat, Juni 20, 2025

Saat Teknologi Bertemu Canting

Share

PanenTalks, Jakarta-Batik Butimo, sebuah industri kecil menengah (IKM) asal Yogyakarta, menjadi bukti nyata bahwa transformasi digital bukan hanya milik industri besar. Dengan mesin CNC buatannya, Butimo sukses mempercepat proses produksi batik tulis tanpa mengorbankan nilai seni dan tradisi.

“Mesin ini kami kembangkan selama sepuluh tahun, bukan untuk menggantikan manusia, tapi untuk mendukung perajin agar tetap bisa berkarya di era digital,” kata pendiri Butimo, Andi Sudiarso, yang juga dosen Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada (UGM), Senin (20/5).

Andi menjelaskan, mesin CNC tersebut mampu memangkas proses klowong—yakni pemindahan desain dari pola ke kain—dari dua hingga tiga hari menjadi hanya tiga jam. Namun, ia menegaskan bahwa teknologi ini bukan batik printing.

“Proses pengerjaannya tetap menggunakan malam panas, canting, dan pewarnaan manual. Jadi esensi batik tulis sebagai produk handmade tetap terjaga,” jelasnya.

Butimo juga memungkinkan konsumen memesan batik melalui situs resmi mereka. Desain yang dipilih akan diproses oleh mesin secara otomatis dan pelanggan dapat memantau progres produksinya secara langsung.

Keberhasilan Butimo juga diakui oleh pemerintah. Pada tahun 2024, Kementerian Perindustrian menganugerahkan Penghargaan Upakarti kategori Jasa Pengabdian kepada Andi atas kontribusinya melestarikan batik melalui inovasi teknologi.

Pendekatan Digital

Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang, dan Kerajinan, Kementerian Perindustrian Budi Setiawan, mengapresiasi langkah Butimo yang mampu menjaga kaidah batik tradisional sambil menerapkan pendekatan digital.

“Teknologi ini bukan untuk menggantikan proses batik, melainkan mempercepat tahap awal saja. Manualitas tetap ada dalam tahapan isen-isen dan pewarnaan,” ujarnya.

Tak hanya berdampak pada produksi internal, Butimo juga menjadi mitra strategis bagi ratusan IKM batik lainnya. Mereka menyediakan jasa desain, klowong, pelatihan, hingga penyewaan dan penjualan mesin batik tekno.

“Butimo sudah memiliki sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN-IK) dengan nilai 40 persen, yang membuka akses pasar lebih luas termasuk pengadaan pemerintah,” kata Direktur Jenderal IKMA, Reni Yanita.

Ia menyebut Butimo sebagai contoh konkret bahwa teknologi dapat bersanding dengan budaya, bukan saling menggantikan.

Inovasi Butimo bahkan telah tampil di panggung internasional. Mesin buatan mereka dipamerkan dalam Hannover Messe di Jerman, pameran teknologi industri terbesar dunia. “Kami ingin dunia tahu bahwa batik tidak stagnan. Ia bisa tumbuh, berevolusi, dan tetap otentik,” tutup Andi.

Read more

Local News