PanenTalks, Gianyar – Sampah kulit salak yang selama ini sering dianggap limbah tak berguna, kini memiliki potensi besar untuk diubah menjadi minuman fungsional yang menyehatkan.
Inovasi ini diperkenalkan oleh tim akademisi dari Fakultas Pertanian, Sains dan Teknologi (FPST) Universitas Warmadewa (Unwar) dalam sebuah program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) di Desa Batuan, Gianyar.
Dengan menggandeng ibu-ibu PKK Desa Batuan, tim akademisi Unwar menunjukkan cara mengolah kulit salak menjadi minuman yang tidak hanya lezat, tetapi juga berkhasiat untuk mengendalikan kadar gula darah. Upaya ini sejalan dengan komitmen untuk mendukung pengelolaan sampah berbasis sumber dan implementasi ekonomi sirkular.
Potensi Tersembunyi di Balik Kulit Salak
Ketua Tim Pengabdian, Dr. I Nengah Muliarta, S.Si., M.Si, menjelaskan bahwa kulit buah salak mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat untuk kesehatan. Sayangnya, banyak masyarakat belum menyadari potensi ini dan cenderung langsung membuang limbah kulit salak.
“Permasalahan limbah kulit salak tidak hanya soal sampah, tetapi juga kurangnya kesadaran masyarakat akan nilai ekonomis yang bisa didapatkan dari bahan buangan ini,” ujar Muliarta.
Padahal, di tengah meningkatnya kesadaran akan keberlanjutan dan praktik ekonomi sirkular, kulit salak memiliki peluang besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi, seperti teh herbal. Muliarta menambahkan, teh kulit salak tidak hanya berpotensi mengurangi limbah, tetapi juga bermanfaat sebagai antidiabetik karena kemampuannya menurunkan kadar gula darah dan ureum kreatinin.
Pelatihan ini disambut antusias oleh Ketua PKK Desa Batuan, Kadek Dewi Sunastrini, Amd.Keb. Menurutnya, pengetahuan dan keterampilan yang diberikan sangat relevan dengan kebutuhan saat ini, terutama dalam mengurangi sampah dari sumbernya.
“Kami jadi bisa membuat sesuatu yang berguna dari sampah yang kita hasilkan. Ini adalah hal baru yang bisa kami kembangkan bersama ibu-ibu PKK. Apalagi selama ini buah salak banyak dimanfaatkan untuk upacara, tapi sisa kulitnya banyak yang terbuang,” ungkap Sunastrini.
Dia berharap, para peserta pelatihan dapat mempraktikkan ilmu yang didapat dalam keseharian dan membagikannya kepada anggota PKK lainnya. Dengan demikian, potensi pemanfaatan salak di Gianyar dapat dikembangkan secara maksimal, mengubah limbah menjadi berkah bagi kesehatan dan perekonomian masyarakat.(*)