PanenTalks, Denpasar– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali melaporkan stabilitas yang kuat di Industri Jasa Keuangan (IJK) Bali per Maret 2025, ditopang oleh fondasi permodalan yang kokoh, likuiditas yang melimpah, dan mitigasi risiko yang efektif.
Hal Ini mengindikasikan ketahanan sektor keuangan Bali dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan OJK Provinsi Bali Kristrianti Puji Rahayu menyebutkan, sektor perbankan Bali menunjukkan performa intermediasi yang impresif.
“Total penyaluran kredit mencapai Rp113,82 triliun, tumbuh 7,25% secara tahunan (yoy),” sebutnya dalam keterangan tertulis.
Angka ini melampaui pertumbuhan periode yang sama tahun sebelumnya (6,52% yoy) dan bulan sebelumnya (Februari 2025: 6,61% yoy), mengindikasikan akselerasi ekspansi kredit.
Secara spesifik, kredit investasi menjadi motor penggerak utama, melonjak 16,24% yoy, menunjukkan peningkatan kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi Bali. Ini menjadi sinyal positif bagi geliat investasi di pulau Dewata.
Selain itu, segmen UMKM mendapatkan porsi signifikan, menyerap 51,98% dari total kredit dengan pertumbuhan 4,94% yoy. Ini underscores pentingnya peran UMKM dalam struktur ekonomi Bali dan komitmen perbankan dalam mendukung sektor vital ini.
Distribusi kredit didominasi oleh sektor non-lapangan usaha (konsumtif) sebesar 33,88% dan perdagangan besar/eceran sebesar 28,42%. Menariknya, sektor akomodasi dan penyediaan makan minum mencatatkan pertumbuhan kredit signifikan sebesar 17,30% yoy, mencerminkan rebound sektor pariwisata yang kuat.
Kualitas aset perbankan terjaga dengan baik. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross di 3,10% dan NPL net di 2,17%, jauh di bawah ambang batas (threshold) dan menunjukkan perbaikan kecil dari Februari 2025.
Lebih lanjut, penurunan rasio Loan at Risk (LaR) menjadi 11,62% (dari 17,73% yoy pada Maret 2024) mengindikasikan keberhasilan restrukturisasi kredit dan ekspansi kredit yang lebih sehat. OJK menegaskan komitmen untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan dengan tetap menjunjung prinsip kehati-hatian.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencetak kinerja cemerlang, mencapai Rp192,72 triliun dengan pertumbuhan double digit sebesar 10,47% yoy.
“Angka ini jauh melampaui pertumbuhan DPK nasional (4,76% yoy), menunjukkan likuiditas perbankan di Bali yang melimpah, terutama didorong oleh kenaikan tabungan,” ungkap Kristrianti Puji Rahayu.
Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 59,06% menunjukkan ruang yang memadai bagi perbankan untuk terus menyalurkan kredit. Kecukupan modal BPR (CR 14,40%) dan CAR (35,27%) juga terjaga kuat, memastikan kemampuan perbankan menyerap potensi risiko. ***