Minggu, September 28, 2025

Sesaji Rewanda, Jaga Harmonisasi Manusia dan Alam

Share

PanenTalks, Semarang – Pemerintah Kota Semarang akan melaksanakan tradisi Sesaji Rewanda, Sabtu (12/4) pada pukul 07.00-10.00 WIB di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunung Pati.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Wing Wiyarso mengatakan, tradisi kirab Sesaji Rewanda akan dibuka Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng berjalan beriringan menuju lokasi sesaji.

“Sampai lokasi sesaji akan dihibur oleh penampilan Tari Bambu Krincing dan sejarah mengenai Goa Kreo. Selanjutnya kembali ditampilkan Tari Wanara Parisuka dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang serta ngalap berkah dan ramah tamah,” ungkap dia, Jumat 11 April 2025.

Dia mengatakan, Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15, saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berusaha membangun sebuah masjid sekarang terkenal Masjid Agung Demak. Sesaji Rewanda juga memiliki berbagai makna dan tujuan sangat mendalam. Wing menambahkan, Sesaji Rewanda jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti “memberi hadiah kepada monyet”.

“Hal ini mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam,” kata dia.

Dia menerangkan, manusia sebagai pemimpin di muka bumi ini memiliki tanggung jawab besar untuk merawat alam dan semua makhluk hidup di dalamnya. Dengan memberikan ‘hadiah’ kepada para monyet tinggal di Goa Kreo, masyarakat tidak hanya merayakan kemenangan setelah Ramadan tetapi juga menyampaikan pesan penting tentang keharmonisan dengan alam.

“Biasanya, perayaan ini berlangsung pada tanggal 3 bulan Syawal, dengan puncak prosesi kirab pada tanggal 7 bulan Syawal,” terang dia.

Acara dimulai dengan rombongan berarak dari desa ke Goa Kreo, tempat tinggal monyet-monyet dihormati dalam perayaan ini. Sebelum mencapai Goa Kreo, empat orang dengan menggunakan kostum monyet akan melakukan tarian menghibur dan memberikan semangat kepada peserta.

Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati melambangkan peran penting monyet dalam membantu Sunan Kalijaga dalam memindahkan kayu jati. Ketika rombongan tiba di Goa Kreo, prosesi kirab dimulai dengan doa-doa dipimpin oleh tokoh-tokoh adat, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan.

Setelah prosesi doa selesai, acara dilanjutkan dengan anak-anak dari komunitas setempat mengenakan kostum monyet dan berpartisipasi dalam perayaan dengan tarian menggambarkan peran monyet dalam membantu Sunan Kalijaga.

Setelah prosesi selesai, gunungan-gunungan berisi berbagai hidangan tradisional, termasuk “Sego Kethek” atau nasi monyet, dibagikan kepada para monyet sebagai simbol rasa terima kasih. Sego Kethek berisi nasi dibungkus dengan daun jati dan diisi dengan sayuran, tahu, dan tempe.

Dalam prosesi Sesaji Rewanda tersebut juga terdapat gunungan. Gunungan tersebut bisa mencapai tinggi sekitar 2,5 meter, menciptakan pemandangan mengesankan. Selama pembagian gunungan, semua yang hadir, termasuk para monyet, bergabung dalam perayaan ini, menciptakan atmosfer persatuan menguatkan makna perayaan Sesaji Rewanda. (*)

Read more

Local News