PanenTalks, Jakarta-Aroma kacang tanah yang disangrai dan dikulek bersama cabai, bawang putih, serta perasan jeruk limau berpadu dengan potongan tahu kukus, pare, kol gulung, kentang, hingga adonan ikan tenggiri. Begitu saus kacang dituangkan dengan cepat menggugah indra perasa untuk segera mencoba. Inilah kuliner sederhana yang sudah menjadi bagian dari identitas Indonesia, siomay.
Belum lama ini, TasteAtlas, situs referensi kuliner dunia, memasukkan siomay ke dalam daftar jajanan terenak di dunia. Siomay bersanding dengan kuliner jalanan populer seperti taco, gyoza, dan samosa. Sebuah pencapaian membanggakan untuk jajanan yang sehari-hari kita temui di pinggir jalan, bukan?
Dari Dim Sum ke Siomay Bandung
Siomay memang punya akar dari kuliner Tiongkok, tepatnya dari dim sum bernama shumai atau siu mai. Di versi aslinya, shumai dibuat dari daging babi cincang dan dibungkus dengan kulit tipis dari tepung. Tapi ketika resep ini “mendarat” di tanah Sunda, semuanya berubah.
Masyarakat lokal mengganti daging babi dengan ikan tenggiri, yakni ikan lokal yang kaya rasa dan protein. Bungkusnya dihilangkan, dan siomay disajikan polos, dikukus hingga matang. Bukan hanya siomaynya yang diubah, tapi juga konsep penyajiannya: lengkap dengan tahu kukus, kol gulung, pare pahit, kentang rebus, bahkan kadang ditambah batagor dan telur rebus.
Dan yang membuatnya sangat Indonesia? tentu saus kacangnya. Kental, gurih, kadang pedas, dan nyaris selalu diberi sentuhan kecap manis serta perasan jeruk limau segar.
Makan siomay itu bukan cuma soal kenyang, tapi juga soal nostalgia. Siomay adalah teman setia anak sekolah di jam istirahat, pilihan hemat mahasiswa, sampai camilan sore bagi keluarga. Tak heran jika makanan ini selalu punya tempat khusus di hati banyak orang.
Meski populer sebagai jajanan pinggir jalan, siomay kini merambah restoran, katering modern, hingga dikemas instan dan diekspor ke luar negeri. Tren wisata kuliner dan kecintaan global terhadap street food turut membantu memperkenalkan siomay ke pasar internasional.
Siomay pun tak lagi hanya “makanan rakyat”. Dengan pencapaian di tingkat dunia, ia berubah menjadi bukti nyata bahwa kuliner lokal bisa bicara di panggung global. Siomay versi instan mulai diekspor, dan restoran-restoran Indonesia di luar negeri pun mulai memasukkan siomay dalam menu mereka.
Bicara soal siomay, kita sebenarnya sedang bicara tentang kreativitas, adaptasi, dan identitas. Siomay adalah contoh sempurna bagaimana budaya asing bisa melebur dengan lokal dan melahirkan sesuatu yang baru—dan lezat. Dari shumai jadi siomay, dari Tiongkok ke Bandung, dari gerobak ke daftar kuliner dunia.
Jadi, lain kali kamu makan siomay, nikmatilah lebih dari sekadar rasa. Nikmati juga cerita panjang di baliknya—kisah perjalanan rasa, budaya, dan pengakuan.
Berikut adalah rekomendasi kuliner siomay legendaris di Bandung dan Jakarta yang patut Anda coba:
Bandung: Siomay Legendaris yang Terus Eksis
1. Baso Tahu dan Siomay Chiu-Chiu
– Lokasi: Jl. Lombok No. 59–61, Citarum, Bandung (depan KFC)
– Daya Tarik: Porsi besar dengan saus kacang kental dan tekstur kacang yang terasa. Menjadi favorit warga lokal dan wisatawan.
2. Baso Tahu Mang Ade
– Lokasi:Jl. Ternate, Bandung
– Daya Tarik: Siomay padat dengan taburan wortel di atasnya. Harga terjangkau mulai dari Rp1.700 per biji.
3. Baso Tahu Shin Chan
– Lokasi: Jl. Cikawao No. 43 dan Pujasera Buah Batu No. 147, Bandung
– Daya Tarik: Dikenal dengan nama unik dan rasa yang lezat. Harga mulai dari Rp2.500 per biji.
Jakarta: Siomay Legendaris yang Tetap Populer
1. King’s Siomay Bandung
– Lokasi: Mangga Dua, Jakarta
– Daya Tarik: Siomay ikan tenggiri tanpa bau amis dengan bumbu kacang khas. Harga sekitar Rp25.000 per porsi.
2. Siomay Wawa
– Lokasi: Gang Banten, Bali Mester, Pasar Jatinegara, Jakarta Timur
– Daya Tarik: Siomay legendaris yang viral di media sosial. Terkenal dengan rasa autentik dan lokasi tersembunyi.
3. Siomay Sijangkung
– Lokasi: Grand Indonesia Mall, lt.3, Sky Bridge, Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat
– Daya Tarik: Siomay berukuran sedang dengan rasa ikan yang terasa dan tekstur padat. Harga sekitar Rp8.000 per potong