Kamis, Oktober 2, 2025

SMP Muhammadiyah 3 Mlati Hentikan Distribusi MBG

Share

PanenTalks, Sleman – SMP Muhammadiyah 3 Mlati, Sleman, untuk sementara waktu menghentikan distribusi MBG (Program Makan Bergizi Gratis). Kebijakan ini diambil setelah 83 siswa mengalami gejala dugaan keracunan seperti diare, mual, dan lemas, usai mengonsumsi menu nasi rawon pada Selasa 12 Agustus 2025.

Kepala Sekolah, Yulia Rachmawati, mengatakan langkah penghentian distribusi MBG demi menjaga keselamatan dan kesehatan para siswa. Ini sekaligus menunggu adanya evaluasi dan jaminan keamanan dari pihak terkait.

“Beberapa hari ke depan akan kami hentikan dulu. Ini sambil menunggu ada evaluasi lebih lanjut dari SPPG atau perbaikan dan upaya penjaminan supaya bahwa nanti semua aman,” katanya belum lama ini.

Yulia mengungkapkan sejumlah siswa bahkan menunjukkan reaksi trauma hingga enggan menyentuh kiriman makanan MBG ke sekolah keesokan harinya. Sekolah sesungguhnya tetap menerima pengiriman karena empati terhadap petugas pengantar. Hanya saja makanan itu kemudian kembali dalam kondisi utuh.

“Terus terang begitu MBG datang, anak-anak menolak. Kami dari guru juga khawatir karena yang kasus ini kan belum clear gitu ya,” ucapnya.

“Pada awalnya kami tetap terima dulu karena dari pihak petugas yang mengantarkan juga kasihan, kebingungan. Jadi kami tetap terima dulu kemudian kami kembalikan dalam kondisi utuh. Jadi tidak kami bagikan ke anak-anak,” kata Yulia menambahkan.

Ia menegaskan pihak sekolah tidak akan melanjutkan distribusi MBG sampai ada jaminan keamanan dari instansi terkait. Pihak sekolah juga tengah berkoordinasi dengan yayasan dan dinas pendidikan untuk menilai langkah lanjutan.

“Belum tahu [sampai kapan tidak menerima distribusi MBG]. Yang jelas kami akan melihat perkembangan kondisinya. Kami juga harus berkoordinasi dengan pihak yayasan dan tentunya dinas untuk memastikan keamanan semuanya,” ujarnya.

Kronologi dan Kondisi Terkini

Yulia menjelaskan bahwas sekolah mengetahui adanya gejala keracunan saat pagi hari. Ketika itu sejumlah siswa tiba-tiba tidak masuk sekolah dalam jumlah yang tidak biasa. Setelah ada skrining mereka ternyata mengalami diare.

“Saat pagi banyak yang tidak masuk. Lalu kami skrining kenapa tidak masuk karena jumlahnya tidak biasa. Setelah kami skrining ternyata yang tidak masuk itu semuanya mengalami diare,” kata dia.

Dari total 167 siswa penerima MBG, sebanyak 83 siswa mengalami gejala. Menu nasi rawon yang dibagikan pada hari sebelumnya menjadi fokus dugaan penyebab keracunan. Beberapa siswa diketahui tidak mengonsumsinya karena menolak sejak awal.

“Kalau yang keracunan merata dari kelas 7 sampai kelas 9 semuanya ada. Hanya memang yang sehat itu mereka yang tidak konsumsi,” ujarnya.

“Jadi yang terkena hanya 83 dan sisanya anak-anak yang lain memang tidak mau mengkonsumsi kemarin,” kata dia.

Beberapa siswa yang mengalami gejala cukup berat sempat menjalani perawatan di RSUD Sleman. Sebagian besar kini telah pulang, namun masih ada tiga siswa yang menjalani rawat inap akibat gejala yang lebih serius.

“Anak-anak sudah pulang, sudah terkondisi, dibolehkan pulang dan dibawakan obat. Hanya memang masih ada tiga anak yang mondok di RSUD Sleman, karena (gejalanya) sampai ke sesak napas,” ujarnya lagi.

Upaya Komunikasi dengan Orang Tua Siswa

Untuk meredam kekhawatiran, pihak sekolah segera melakukan pertemuan dengan para wali murid guna menyampaikan informasi dan perkembangan terakhir secara transparan.

“Dalam waktu terdekat kami akan koordinasi dengan orang tua murid untuk menjelaskan permasalahan tersebut. Dengan demikian orang tua tidak khawatir berkepanjangan,” ucapnya. (*)

Read more

Local News