PanenTalks, Yogyakarta – Harga ayam potong di pasar tradisional dan kios-kios di Kota Yogyakarta meningkat drastis dalam sebulan terakhir. Harga yang biasanya Rp26.000 hingga Rp30.000 per kilogram kini menembus angka Rp38.000 sampai Rp40.000 per kilogram.
Kenaikan ini disebabkan menipisnya stok ayam di pasaran dan diduga terkait dengan pengaruh program pemerintah Makan Bergizi Gratis (MBG). Pedagang menilai program ini turut memengaruhi rantai distribusi dan pasokan ayam.
Khusnul Khatimah, pedagang ayam di kawasan Monjali, mengatakan kenaikan harga sudah terjadi sejak pertengahan Agustus, namun melonjak signifikan sejak awal September.
“Kenaikannya sudah terjadi sejak tanggal 17-18 Agustus. Hampir satu bulan, tapi melonjak tinggi sejak awal September. Katanya sih stok ayam susah sedangkan permintaan tetap banyak. Jadi cari ayamnya susah. Meski belum masa panen, akhirnya tetap dipanen,” ujar Khusnul, Selasa, 23 September 2025.
Meski harga melonjak, Khusnul memastikan kualitas ayam tetap terjaga, hanya ukuran ayam yang kini lebih kecil. Kondisi harga tinggi juga membuat pembeli berkurang, sehingga stoknya diperkecil dari 100-150 kilogram menjadi kurang dari 100 kilogram.
Pedagang lain di kawasan Cokrokusuman, Barlianta, juga mengaku harga ayam terus naik hampir setiap hari.
“Kenaikannya dari kemarin itu per hari rata-rata naik 1000. Dari posisi kami jualnya Rp26 ribu, menjadi harganya Rp37-38 ribu,” jelasnya.
Menurut Barlianta, pembeli banyak yang merasa keberatan dan kaget dengan kenaikan harga yang terjadi tiap hari.
“Kalau dari sisi pembeli tentunya kan kalau tiap hari naik mereka keberatan. Mereka pasti heran tentunya banyak yang tanya kok tiap hari naik tetapi memang kenaikan harga ini menyangkut stok, katanya menipis sehingga harga terdongkrak naik,” tambahnya.
Yatmi, pedagang ayam di Pasar Krangan yang sudah berjualan selama 40 tahun, juga menyampaikan kenaikan harga ayam dari pemasok membuatnya menaikkan harga jual.
“Dari juragannya naik ya kami juga ikut naik jualnya. Sudah seminggu lebih kenaikannya, kalau kemarin-kemarin masih Rp35 ribu sekarang sudah mencapai 40 ribu,” katanya.
Menurut Yatmi, kenaikan harga ayam lebih tajam dibanding penurunan. “Kalau naik bisa 1000-2000 tapi kalau turun hanya 500,” ucapnya.
Ia juga menyebut program MBG menjadi salah satu faktor pemicu kenaikan harga ayam dan bahan lainnya.
“Mungkin dipicu juga dari program MBG. Semenjak ada itu harga ayam naik, nggak cuman itu harga bahan lainnya, bumbu-bumbu juga naik. MBG itu juga ngaruh, ngambilnya banyak banget otomatis yang jual naikin harga dan berimbas ke pedagang-pedagang,” jelas Yatmi.
Akibat harga naik, penjualan ayamnya berkurang dari lebih 100 kilogram per hari menjadi sekitar 80 kilogram.
“Susah menjual, daya beli masyarakat juga berkurang. Kalau orang nanya, nawar, terus pergi tidak balik untuk beli,” katanya.
Dari sisi pembeli, Santi, warga Yogyakarta, mengaku terkejut dengan kenaikan harga ayam yang cukup signifikan.
“Kaget sih dulu beli hanya 25 ribu sekarang 40 ribu. Naiknya lumayan drastis. Padahal daya beli masyarakat lagi menurun tapi harga malah pada mahal,” ungkapnya. (*)