PanenTalks, Yogyakarta – Persoalan sampah yang tak kunjung terselesaikan masih menjadi tantangan besar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk menanggapi kondisi ini, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X turun langsung meninjau sejumlah lokasi pengolahan sampah, yakni TPS3R Kranon di Kota Yogyakarta, TPST Bawuran di Kabupaten Bantul, dan TPST Tamanmartani di Kabupaten Sleman.
Dalam kunjungannya, Sultan turut didampingi oleh para kepala daerah dari seluruh wilayah DIY. Ia menyampaikan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari rapat koordinasi yang sebelumnya digelar di Kompleks Kepatihan.
Sultan mengakui bahwa persoalan sampah di DIY bukanlah hal baru dan sudah menjadi beban sejak lama. Ketergantungan yang tinggi terhadap TPA Piyungan yang kini semakin penuh memaksa pemerintah daerah untuk segera mencari solusi yang lebih berkelanjutan.
“Pengolahan sampah yang sudah berjalan ini diharapkan ke depan semakin baik. Saya akan berdiskusi dengan walikota dan bupati di DIY sebagai upaya untuk penguatan penanganan sampah agar ada solusi terbaik,” kata Sultan HB X, Rabu, 22 Oktober 2025.
Salah satu terobosan strategis yang sedang disiapkan adalah pembangunan fasilitas Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL). Proyek nasional ini direncanakan dibangun di atas lahan eks-KPBU Piyungan seluas 5,7 hektare.
Meskipun pendanaan proyek kemungkinan besar akan berasal dari pemerintah pusat, keterlibatan aktif Pemda DIY tetap dianggap penting. Sultan menegaskan peran pemerintah daerah dalam memfasilitasi berbagai kebutuhan teknis dan logistik.
“Kami berembuk bersama bupati dan wali kota untuk menyamakan visi. Sampah ini harus dilihat sebagai peluang investasi. Sekarang kami sedang mempertimbangkan apakah akan mengelola sendiri atau menyerahkan kepada pemerintah pusat untuk ditangani,” ujar Sultan.
“Meskipun nantinya dikelola pusat, Pemda DIY tetap bertanggung jawab menyiapkan fasilitas pendukung, termasuk truk pengangkut. Prinsipnya, kami ingin keputusan diambil dengan jelas agar tidak salah langkah,” imbuhnya.
Gubernur DIY berharap proyek PSEL tidak hanya akan menjadi jawaban atas krisis sampah, tetapi juga menjadi titik balik bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan energi terbarukan dan peluang ekonomi baru.
“Kalau DIY bersih, pariwisata akan berkembang dan ekonomi daerah ikut menggeliat. Melalui PSEL ini, kita ingin tidak hanya mengurangi timbunan sampah, tetapi juga menciptakan energi ramah lingkungan dan nilai ekonomi baru bagi masyarakat,” tutur Sultan HB X.
Lebih lanjut, ia menekankan perlunya kerja sama lintas kabupaten dan kota dalam menangani permasalahan ini. Menurutnya, penyelesaian krisis sampah tak akan efektif jika dilakukan secara terpisah-pisah.
“Saya tidak ingin kabupaten dan kota berjalan sendiri-sendiri. Semua harus satu pikiran dan satu langkah. Saya siap membantu agar keputusan ini diambil bersama, karena tanggung jawab menyelesaikan masalah sampah ini milik kita bersama,” tegasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY, Kusno Wibowo, menuturkan bahwa kunjungan Sultan bertujuan untuk mendapatkan gambaran langsung terkait kondisi fasilitas pengolahan serta potensi penerapan teknologi baru yang lebih ramah lingkungan. Ia menyebut, proyek PSEL ditargetkan selesai dalam kurun 18 bulan, dan diharapkan beroperasi pada pertengahan hingga akhir 2027.
Menurut Kusno, seluruh TPS yang ada di DIY akan terus ditingkatkan performanya. Evaluasi menyeluruh dilakukan terutama terhadap TPS yang masih menghadapi kendala sosial, seperti masalah bau dan kedekatan dengan permukiman warga.
“Sri Sultan ingin mengetahui langsung pengolahan sampah yang selama ini sudah dijalankan kabupaten dan kota. Beliau juga memberikan arahan agar kinerja setiap TPS dapat ditingkatkan, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun kapasitas peralatan,” kata Kusno. (*)

