PanenTalks, Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta menjadikan Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG) sebagai pusat pengembangan dan pelestarian seni budaya sekaligus penguatan pembangunan di Kota Yogyakarta sisi Selatan.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo mengatakan TBEG merupakan sebuah kawasan yang dikembangkan dengan konsep pelestarian seni, budaya, tradisi dan konservasi lingkungan.
TBEG dirancang dengan ciri khas Indisch klasik dan menjadi penguat pada Kawasan Cagar Budaya di Kota Yogyakarta. Terutama karena letaknya berdekatan dengan Kawasan Cagar Budaya Kotagede.

“Kami juga berharap tempat ini menjadi bagian untuk expose karya seni dan budaya sebagai penanda bahwa Yogya bisa menjadi center of excellence, center of refereall dalam bidang seni dan budaya,” kata Hasto saat aktivasi TBEG, Jumat (23/5) malam.
“Bahkan kalau dimungkinan ada pasar seni yang bisa diakses setiap orang ke Yogya kalau mau beli karya seni-karya seni seniman di Yogya, ya disini ada tempatnya,” lanjut Hasto.
Dalam kegiatan aktivasi TBEG salah satunya menampilkan Sendratari dengan tema Sang Pangaribawa. (dok:pemkotyogya)

Kegiatan akrivasi TBEG dilakukan dengan menggelar panggung budaya dan sendratari dan diresmikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dengan menandatangani prasasti penanda TBEG.
Panggung budaya menampilkan menampilkan pentas seni budaya dari sanggar atau kelompok seni budaya pertunjukan. Sedangkan sendratari menampilkan tema Sang Pangaribawa yang menggambarkan keteladanan dan kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam hal kekuasaan.
Sri Sultan menyebut TBEG merupakan contoh nyata dari semangat integrasi antara pelestarian alam dan budaya. Sebagai ruang hidup yang menyeimbangkan fungsi ekologis dan fungsi kultural. Embungnya menjaga air dan lingkungan, tamannya membuka ruang interaksi dan ekspresi warga.
Di samping itu lokasinya di kawasan selatan Yogyakarta menjadikan taman ini sebagai simpul yang menyatukan aktivitas seni dan budaya dengan kegiatan rekreasi warga.
“Momentum aktivasi Taman Budaya Embung Giwangan, bukanlah sebuah akhir. Justru sebaliknya, ini adalah awal dari kolaborasi yang lebih luas. Saya mengajak semua elemen yang ada mari bersama kita hidupkan tempat ini, dengan semangat gotong royong, semangat kesenian, dan semangat menjaga bumi,” tutur Sultan.
TEGB juga diharapkan menjadi titik pergerakan, ruang yang terus dihidupi oleh aktivitas, partisipasi warga, kreativitas anak-anak muda dan semangat untuk merawat lingkungan bersama-sama. Mengingat pemerintah tidak bisa berjalan sendiri.
Butuh keterlibatan semua pihak, agar Taman Budaya Embung Giwangan dapat bermakna, berkelanjutan, dan membawa kebaikan bagi semua. (*)
Editor: Rahmat