PanenTalks, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong penggunaan teknologi maju dalam pemuliaan tanaman buah. Salah satunya melalui Near-Infrared Spectroscopy (NIRS) untuk deteksi karakter buah secara cepat dan non destruktif.
Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (ORPP) BRIN, Puji Lestari menilai, pentingnya transformasi pemuliaan tanaman buah melalui penerapan teknologi nonkonvensional.
“Langkah ini menjadi strategi untuk menjawab tantangan dalam pengembangan varietas unggul tangguh, bernilai ekonomi tinggi, dan memiliki mutu buah konsisten,” kata dia mengutip laman brin.go.id, belum lama ini.
Indonesia, kata dia, sebagai negara tropis memiliki kekayaan buah-buahan luar biasa. Selain itu, permintaan terhadap buah berkualitas terus meningkat. Seiring pertumbuhan penduduk, kesadaran akan kesehatan, dan kebutuhan industri pangan.
Meski demikian, lanjut dia, proses pemuliaan konvensional kerap tidak mampu mengimbangi dinamika tersebut. Keterbatasan seperti lamanya siklus pemuliaan, ketidakakuratan penentuan kualitas, dan kendala dalam reproduksi tanaman buah menjadi hambatan utama.
“Perlu solusi terintegrasi dari hulu sampai hilir, mulai dari pemuliaan hingga pascapanen, agar buah Indonesia mampu bersaing di pasar global,” kata dia.
Dia melanjutkan, salah satunya menggunakan NIRS bermanfaat dalam menentukan waktu panen optimal dan pengelolaan pascapanen presisi. Teknologi ini telah uji coba pada buah seperti apel, mangga, anggur dan sawit.
Selain NIRS, kata dia, teknologi kultur jaringan atau pemuliaan in-vitro juga menjadi pilar penting dalam transformasi pemuliaan. Seleksi sifat unggul dapat terdeteksi sejak dini dan perbanyakan massal tanaman bisa dalam skala besar.
“Teknologi ini sudah mulai kami kembangkan sejak masih berada di Kementerian Pertanian, dan menjadi pendekatan strategis dalam pemuliaan buah modern,” kata dia.
Peneliti Ahli Utama dari Pusat Riset Hortikultura BRIN, Mia Kosmiatin mengatakan, percepatan pemuliaan tanaman buah sangat krusial, terutama dalam menghadapi perubahan iklim dan peningkatan kebutuhan pangan.
Salah satu pendekatan pengembangan speed breeding, yaitu percepatan siklus generatif melalui manipulasi lingkungan tumbuh terkendali.
“Pemuliaan konvensional tanaman buah berkayu kerap terkendala oleh sifat biologis seperti penyerbukan silang, heterozigositas tinggi, reproduksi unik (seperti apomiksis dan poliembrioni), serta ketidakmampuan menyerbuk sendiri,” kata dia.
Di sisi lain, lanjut dia, banyak tanaman buah diperbanyak secara klonal sehingga mempersempit variabilitas genetik. Oleh karena itu, teknologi nonkonvensional menjadi sangat penting.
“Berbagai teknik mutakhir yang kini dikembangkan BRIN, seperti embriogenesis somatik, embryo rescue, mutagenesis dan seleksi in-vitro, poliploidisasi, fusi protoplas, hingga pengeditan genom berbasis CRISPR-Cas9,” kata dia.
Contohnya, pada tanaman jeruk, pengeditan gen callose synthase telah berhasil untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit HLB/CVPD. Sedangkan pada apel, target pengeditan adalah gen Ma1 berfungsi mengatur kadar asam dan rasa buah. (*)

