Selasa, Juni 17, 2025

Titiek Soeharto Terpukau Kemandirian Ekonomi Desa di Bantul

Share

PanenTalks, Bantul – Anggota DPR RI, Siti Hediati Hariyadi, yang akrab disapa Titiek Soeharto, menyuarakan kekagumannya terhadap geliat ekonomi kerakyatan di Kalurahan Kebonagung, Imogiri, Bantul.

Kunjungan Titiek pada Minggu (1/6) menjadi saksi bisu keberhasilan program pemberdayaan taruna tani yang tak hanya menciptakan lapangan kerja, namun juga menumbuhkan asa kemandirian di pedesaan.

Taruna Tani Rukun Sentosa, demikian nama kelompok yang beranggotakan 27 pemuda-pemudi desa ini, berhasil menyulap lahan tidur seluas 2.000 meter persegi menjadi pusat aktivitas ekonomi multifungsi. Tak hanya berfokus pada pertanian dan peternakan, mereka juga mendirikan Angkringan Kulon Omah, sebuah warung makan yang kini menjadi denyut nadi perekonomian lokal.

Angkringan Kulonomah Kebon Agung, dibentuk oleh taruna tani. (dok:lingkarjogja)

Titiek Soeharto menegaskan bahwa Angkringan Kulon Omah bukan sekadar tempat makan biasa. “Saya sangat mengapresiasi pendirian angkringan ini,” ujar Titiek dengan nada bangga. “Ini bukti kreativitas warga desa dalam memanfaatkan potensi lokal. Bisa membuka lapangan kerja, dan menghidupkan ekonomi desa.”

Dukungan Titiek ini menjadi angin segar bagi pengembangan ekonomi desa dan UMKM lokal. Ia melihat Angkringan Kulon Omah sebagai representasi nyata dari kemandirian ekonomi rakyat desa yang patut dicontoh.

Keberadaan kelompok taruna tani ini menunjukkan bahwa dengan semangat dan kreativitas, potensi desa dapat dioptimalkan untuk kesejahteraan bersama, membawa harapan baru bagi generasi muda di pedesaan.

Anggota DPR, Titiek Soeharto saat berkunjung ke Angkringan Kulonomah. (dok:lingkarjogja)

Angkringan Kulonomah berdiri sejak masa pandemi COVID-19. Menurut Wagiyana, Dukuh Kanten, gagasan awalnya sederhana: bagaimana menciptakan sumber penghasilan bagi warga lokal ketika lapangan kerja semakin terbatas.

“Kami ingin warga punya penghasilan di kampung sendiri. Jadi tidak perlu semua berangkat ke utara (kota) setiap pagi,” jelasnya.

Kini, angkringan ini telah menjadi sentra ekonomi kreatif desa, dengan lebih dari 58 UMKM terlibat, sebagian besar dikelola oleh ibu-ibu rumah tangga. Mereka menitipkan dagangan mulai dari nasi, gorengan, hingga minuman yang kemudian dijual oleh pengelola angkringan.

Rata-rata 700 pengunjung datang setiap hari, bahkan di hari libur jumlah akan meningkat. Angka yang luar biasa untuk sebuah usaha lokal di desa.

“Angkringan ini dikelola oleh kelompok Taruna Tani, kumpulan anak muda desa yang bukan hanya bertani tapi juga mengelola angkringan dan beternak. Alhamdulillah, pekerja sudah menerima upah setara UMK. Dan banyak anak muda desa yang tertarik bergabung,” tutur Wagiyana.

Sistem di Angkringan Kulonomah mencerminkan ekonomi berbasis gotong royong. Harga jual hanya sedikit di atas harga titipan, cukup untuk operasional dan menjaga perputaran modal. Kini, dari usaha ini warga juga berencana membentuk Wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat (WKSBM), wadah baru yang nantinya akan menyalurkan hasil usaha ini ke berbagai program sosial khususnya warga kurang mampu.

Titiek Soeharto menyatakan bahwa program seperti ini sejalan dengan prioritas Komisi IV DPR RI yang menekankan penguatan ketahanan pangan, pertanian, dan ekonomi kerakyatan. Ia berharap apa yang dilakukan taruna Tani Rukun Sentosa di kalurahan Kebonagung ini bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya.

“Saya berharap, ide seperti ini bisa ditiru di desa-desa lain. Ini adalah bentuk inovasi nyata, yang bukan hanya menciptakan ekonomi, tapi juga harapan dan kebanggaan,” tutup Titiek. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News