Selasa, Agustus 19, 2025

Topeng Gases Bali Getarkan PKB XLVII dengan Kisah Sakral

Share

PanenTalks, Denpasar – Kalangan Ayodya di Taman Budaya Art Center bagaikan tersihir. Di bawah sorotan lampu pementasan, Rekasadana Kesenian Topeng Gases Bali, duta kebanggaan Kota Denpasar dalam ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII, sukses memukau ribuan pasang mata.

Dengan maestronya, mereka mengangkat tradisi sakral Nyenuk Sudamala Bhuana, sebuah narasi mendalam tentang puncak penyempurnaan, yang berhasil memanjakan penonton dengan sajian topeng khas Denpasar yang penuh makna.

Kemeriahan malam itu terasa lengkap dengan kehadiran Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Ida Bagus Alit Wiradana; Anggota DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede Marhaendra Jaya; serta Kurator PKB XLVII, Prof. Dr. I Made Bandem, yang turut larut dalam antusiasme penonton.

Pementasan agung ini dibuka dengan keanggunan Topeng Panglembar, di mana Topeng Keras dan Topeng Tua membuka gerbang spiritual. Kemudian, panggung hidup dengan kehadiran Topeng Penasar, Wijil, Dalem Arsa Wijaya, Punakawan, Parekan, Patih, hingga puncaknya, kehadiran sakral Topeng Dalem Sidakarya.

Setiap gerak, setiap topeng, adalah sepotong doa, sebuah narasi yang mengalirkan kebijaksanaan leluhur.

Ketut Indra Wijaya, Koordinator Sekehe Topeng Gases Bali, menjelaskan bahwa Nyenuk, berasal dari kata nyukat yang berarti mengukur dan menakar, adalah ritual suci dalam tradisi Hindu Bali.

“Upacara ini melambangkan keseimbangan Tri Hita Karana: ketaatan pada dewata (parahyangan), harmoni sesama manusia (pawongan), dan penghormatan pada alam (palemahan),” jelasnya penuh makna. “Nyenuk adalah wujud ritual pemurnian sebelum persembahan naik ke khayangan.”

Indra Wijaya lantas mengisahkan narasi agung di balik pementasan ini. Kala Ida Dalem Waturenggong bersama abdi dan masyarakat melangsungkan yadnya di Pura Basukian, diiringi oleh kehadiran Ida Dalem Sidakarya dalam suasana penuh khidmat.

Masyarakat bersatu dalam semangat ngayah, menyiapkan segala sarana upacara, dari banten, gamelan, hingga tari-tarian suci.

“Rangkaian ritual ini diwarnai dengan pementasan tarian sakral yang ditampilkan pada saat-saat khusus,” ujarnya. Ida Dalem Sidakarya hadir sebagai simbol pemurnian dan penutup dari seluruh prosesi, membawa berkat, serta mengusir segala bentuk kekotoran dan energi negatif.

“Cerita yang kami sajikan dalam pementasan seni ini bukan sekadar hiburan,” tegas Indra Wijaya, suaranya sarat makna. “Tetapi merupakan wujud rasa syukur mendalam ke hadapan Sang Pencipta atas kelancaran upacara dan kehidupan yang diberkahi.

Dalam tarian itu, tersirat doa-doa, harapan, dan penghormatan kepada para dewata, alam semesta.”

Lebih lanjut, Indra Wijaya menyimpulkan, “Upacara Nyenuk adalah ritual yang mengukur kesempurnaan yadnya melalui seni dan spiritualitas. Pementasan ini adalah refleksi Nyastra-Nyagini, di mana seni menjadi ritual masyarakat Bali.

Topeng Sidakarya dihidupkan bukan sebagai tontonan, melainkan tirta yadnya, air suci yang mengalirkan dharma melalui gerak, nada, dan makna. (*)

Read more

Local News