PanenTalks, Gunungkidul – Upacara adat bersih desa, yang dikenal juga dengan sebutan Rasulan, merupakan tradisi tahunan yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat di Kelurahan Balong, Kapanewon Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul.
Kegiatan Rasulan memiliki makna ganda bagi masyarakat setempat, yaitu sebagai wujud syukur atas hasil panen yang telah diperoleh sekaligus sebagai upaya untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal yang diwariskan secara turun-temurun.
Dalam acara Rasulan yang diselenggarakan di Balai Kalurahan Balong pada hari Rabu, 14 Mei, Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, turut hadir dan menyampaikan apresiasinya terhadap tradisi ini.
Ia mengajak seluruh warga untuk terus memelihara dan mempereratSolidaritas antarwarga melalui kegiatan-kegiatan budaya seperti Rasulan.
Joko Parwoto menyampaikan ucapan selamat kepada seluruh warga Kalurahan Balong atas perayaan Rasulan tersebut. Beliau berharap agar kegiatan budaya ini dapat semakin memperkuat tali persaudaraan, serta menjadi wadah yang efektif untuk melestarikan seni, budaya, dan mengembangkan potensi ekonomi kreatif masyarakat setempat.
Dalam kesempatan tersebut, Joko Parwoto juga mengutip pesan penting dari Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, mengenai esensi persatuan dan kesatuan bangsa di tengah keberagaman.
Ia mengingatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari berbagai agama, suku, dan adat istiadat harus dijaga keutuhannya agar tidak terpecah belah.
Lebih lanjut, Joko Parwoto menekankan agar tradisi Rasulan dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk mengidentifikasi dan menampilkan potensi-potensi lokal yang dimiliki.
Harapannya, agar masyarakat Kalurahan Balong, dan seluruh masyarakat Gunungkidul pada umumnya, terus memberikan dukungan terhadap pelestarian budaya demi tercapainya daerah yang adil, makmur, lestari, dan berkeadaban

Sementara itu, Lurah Kalurahan Balong, Sumarjo, mengatakan bahwa rasulan diikuti oleh sembilan padukuhan. Masing-masing membawa gunungan berisi hasil bumi yang dikumpulkan di balai kalurahan untuk didoakan, lalu diperebutkan oleh masyarakat.
“Ini adalah bentuk rasa syukur warga atas hasil panen. Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Selain kirab gunungan, juga ada turnamen sepak bola, pertunjukan reog, dan akan ditutup dengan pagelaran wayang kulit,” ungkapnya.
Tradisi rasulan di Kalurahan Balong menjadi bukti nyata bahwa budaya lokal masih hidup dan menjadi pengikat harmoni sosial di tengah masyarakat. (*)
Editor: Rahmat