PanenTalks, Yogyakarta – Pemerintah Kota Yogyakarta terus mempercepat transformasi digital di sektor pelayanan publik. Salah satunya dengan melakukan sosialisasi Literasi Pembayaran dan Retribusi Pajak Menggunakan QRIS. Kegiatan bertema “Wujudkan Yogyakarta Kota Digital” ini berlangsung di Ruang Bangsal Mataram, Bank Indonesia DIY, Kamis, 14 Agustus 2025.
Puluhan perwakilan kelurahan dan Ketua kampung se-Kota Yogyakarta mengikuti kegiatan ini. Tujuannya adalah memberikan edukasi untuk mempermudah masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah. Secara non tunai, cepat, dan transparan melalui QR Code Indonesian Standard (QRIS).
Kepala Bidang Sistem Informasi dan Statistik, Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Yogyakarta, Joko Marwiyanto menegaskan bahwa penerapan QRIS untuk pajak dan retribusi adalah langkah strategis menuju pemerintahan modern.
“Melalui QRIS, kita tidak hanya mempermudah masyarakat. Tetapi juga menciptakan sistem yang lebih akuntabel dan meminimalkan potensi kebocoran,” ujarnya.
Joko menambahkan, selain melalui aplikasi Jogja Smart Service (JSS), layanan Qrisna dapat diakses di laman kris.jogjakota.go.id. Namun, ia merekomendasikan warga untuk memiliki akun JSS agar riwayat transaksi tersimpan dengan baik.
Saat ini, Qrisna mencakup hampir semua jenis pajak, termasuk PBB, sementara untuk retribusi masih terbatas pada tiga kategori. Yakni retribusi saluran air limbah, pedagang, dan rusunawa. Adapun batas pembayaran melalui Qrisna maksimal hingga Rp10 juta, selebihnya disarankan menggunakan virtual account.
Kegiatan ini juga memberikan pelatihan teknis penggunaan QRIS, mulai dari cara pemindaian kode, keamanan transaksi, hingga integrasi dengan aplikasi layanan pajak daerah.
Sejalan Dengan Visi Smart City
Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menegaskan transformasi digital dalam tata kelola pemerintahan. Termasuk pengelolaan keuangan daerah, adalah prioritas nasional. “QRIS melalui inovasi Qrisna menjadi solusi pembayaran pajak dan retribusi yang cepat, aman, dan tanpa kontak langsung,” ungkapnya.
Menurutnya, digitalisasi ini sejalan dengan visi Yogyakarta sebagai smart city, apalagi kota ini sering menjadi rujukan dan kunjungan dari daerah lain.
Salah satu peserta yang merupakan warga Kelurahan Gowongan, Kemantren Jetis, Irma Susilowati, mengakui QRIS sangat membantu. Terutama bagi pedagang di wilayahnya. Meski demikian, ia mencatat masih ada tantangan dalam mengajak masyarakat, terutama lansia yang masih menyesuaikan peralih ke pembayaran digital.
“Paling tidak, pendekatan ke warga harus intens, supaya mereka terbiasa. Memang semua serba digital sekarang, jadi mau tidak mau harus ikut menyesuaikan,” ujarnya. (*)