Minggu, Agustus 10, 2025

Transformasi Pesantren DIY: Kemandirian dan Peran Strategis

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Sekitar 300 pengasuh dan kepala sekolah atau madrasah dari lingkungan pesantren se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) berkumpul dalam sebuah forum guna mendiskusikan arah transformasi pesantren di era modern. Pertemuan ini menjadi momentum strategis mendorong kemandirian dan adaptasi terhadap dinamika zaman.

Umaruddin Masdar, Sekretaris Forum Pengembangan Transformasi Pesantren (FPTP) sekaligus Sekretaris DPW PKB DIY menekankan pentingnya peran pesantren dalam pemberdayaan masyarakat.

“Sekitar 300 pengasuh dan kepala sekolah atau madrasah se-DIY diskusi secara mendalam bagaimana pesantren bisa beradaptasi dan berorientasi dengan perubahan zaman,” kata Umaruddin.

“Dengan demikian pesantren ke depan tetap eksis dan berdaya,” ujar dia yang juga Wakil Ketua DPRD DIY.

Berdayakan Warga

Ia menambahkan, dengan jumlah pesantren yang mencapai 42 ribu secara nasional, potensi dampak ekonominya sangat besar.

“Ada 42 ribu pesantren dan satu saja memberdayakan 50 warga di sekitarnya itu sudah berapa bisa mengentaskan kemiskinan. Ada 300 ribu warga yang bisa diangkat karena lembaga keagamaan ini punya dampak ekonomi yang luas,” ujarnya

Lebih lanjut, Umaruddin menggarisbawahi pentingnya penguatan kemandirian lembaga pendidikan agama Islam itu dan adaptasinya dengan zaman.

“Ingin kita kuatkan kemandiriannya, ingin kita kuatkan adaptasinya sehingga bisa terus eksis dan memberdayakan masyarakat,” kata dia lagi.

Data menunjukkan bahwa tempat pendidikan agama Islam tersebar di kota maupun desa, meski mayoritas berada di wilayah pedesaan. Ia berharap apa yang dicapai dari forum ini dapat menjadi contoh bagi daerah lain.

Dr. KH Ahmad Zubdi Muhdlor, Penasihat FPTP sekaligus Ketua PWNU DIY, juga menyampaikan harapan besar terhadap forum ini.

Ia menegaskan pesantren memiliki usaha-usaha produktif untuk menopang kemandirian ekonomi, dan pelatihan serta kerja sama lintas sektor harus terus didorong.

“Pesantren mempunyai amal-amal usaha dalam rangka dapat mengokohkan kemandiriannya. Beberapa pelatihan dan ikhtiar kerjasama dengan berbagai pihak tentu sangat penting untuk dilakukan,” ujarnya.

Perjuangan dan Dakwah

KH Ahmad Zubdi juga menekankan peran pesantren dalam perjuangan kebangsaan dan dakwah.

“Peran yang dimainkan tidak hanya dua. Pesantren sebagai lembaga perjuangan dakwah untuk meningkatkan patriotisme kecintaan pada tanah air,” katanya.

“Transformasi sudah dari dulu, hanya tema perjuangan NU untuk periode ini sebagaimana disampaikan kolaborasi dan sinergitas memperkuat jaringan secara nasional.”

Ia menutup dengan menekankan pentingnya kolaborasi untuk mencapai visi Indonesia Emas.

“Untuk mencapai Indonesia Emas tidak bisa dilakukan sendiri harus dilakukan bersama-sama. Karena itu lembaga ini mencoba mengembangkan pemberdayaan itu agar sejalan dengan cita-cita Indonesia Emas,” tutur dia.

Sementara itu, Ketua FPTP sekaligus Pengasuh Pesantren Krapyak, KH M Nilzam Yahya, menegaskan bahwa transformasi pesantren adalah sebuah keharusan.

“Transformasi itu akan kerangka bagaimana sekarang kita berusaha untuk mengambil sebuah inovasi-inovasi terbaik, baik dari sisi kurikulum, kemandirian ekonomi dan sebagainya. Ini menjadi sesuatu yang harus kita lakukan,” kata Nilzam

Ia menambahkan, meski memiliki sejarah panjang, namun mempertahankan warisan tersebut sembari berinovasi adalah tantangan tersendiri. Selain itu penting kembali pada basis masyarakat serta nilai-nilai dakwah yang menjadi ciri khas.

“Pada dasarnya pesantren tumbuh dari bawah dan hari ini kita juga kembali kepada masyarakat. Ini dibuktikan dengan adanya sinergitas dan adanya nilai dakwah,” kata Nilzam.

Sementara, KH Khoiron Marzuki, Wakil Ketua FPTP sekaligus Ketua Hebitren DIY, menyoroti empat peran strategis dalam transformasi kali ini.

“Konferensi ini sangat penting untuk menjadikan pesantren DIY lebih kompak menuju transformasi yang mengokohkan sebagai sumber keilmuan, terutama ilmu agama,” kata Khoiron.

“Yang kedua menjadi agregator pertumbuhan ekonomi nasional. Agregator tumbuhnya ekonomi baru terutama dari santri biar mereka hidup mandiri. Salah satu ciri negara maju itu persentase wirausaha mudanya itu tinggi. Nah Indonesia tertinggal dengan negara lain,” ujarnya

Lebih lanjut, ia mendorong pentingnya literasi digital di kalangan pesantren.

“Dengan menjadi penyeimbang terhadap media digital yang memanfaatkan digital sebagai media dakwah, syiar Islamiah tentu juga menerangkan tentang peran yang mungkin selama ini agak dianggap miring karena banyaknya konten atau framing yang miring,” kata dia. (*)

Read more

Local News