Selasa, Agustus 12, 2025

Transformasi Sagu Dorong Agroindustri Berdaya Saing Tinggi

Share

PanenTalks, Jakarta– Komoditas lokal Indonesia, sagu, menyimpan potensi lain di bidang biomaterial dan farmasi. Tranformasi hilirisasi produk pertanian tersebut membutuhkan dukungan riset dan inovasi.

Kepala Pusat Riset Agroindustri, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Taufik Hidayat mengungkapkan, kolaborasi bersama untuk hilirisasi sehingga inklusif, dan pendampingan memadai.

“Sagu menyimpan potensi lain di bidang industri di bidang biomaterial dan farmasi,” kata dia saat webinar Agroinfuture #11, bertema ‘Kolaborasi Riset dan Hilirisasi: Menjawab Tantangan Agroindustri Sagu di Era Modern’, belum lama ini.

Dia mengharapkan, sagu menjadi agroindustri berdaya saing tinggi.

Perekayasa Ahli Madya PRA BRIN, Sabirin menyampaikan, paparan tentang riset dan pengembangan pati sagu menjadi Partially Pregelatinized Sago Starch sebagai bahan baku dan aplikasi. Pelaksanaan riset mengenai Partially Pregelatinized Sago Starch telah oleh PRA-BRIN pada tahun 2022 hingga 2025.

Sabirin menjelaskan, proses pembuatan Partially Pregelatinized Sago Starch. Mulai dari ekstrusi bahan baku pati sagu, pengaturan suhu, kadar air, dan kecepatan ulir tertentu hingga sebagian tergelatinasi.

Melansir brin.go.id, penurunan kadar air melalui penjemuran hingga mencapai tingkat kebutuhan.

Selanjutnya, menghaluskan dan menganalisa produk menggunakan unit ekstruder (mini twin screw Extruder Rheomex PTW 24), mixer, Fourier Transform Infrared (FTIR), Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), dan peralatan lainnya.

“Riset pembuatan pati pergelatinasi parsial berbahan dasar sagu menggunakan bahan baku dari PT. Bangka Asindo Asri, sagu Riau dari Koperasi Harmonis di Selat Panjang, dan sagu Papua dari PT. Austindo Nusantara Jaya Agri Papua Barat Tbk (PT ANJAP),” kata dia.

Hasil riset paten pada 31 Juli 2023, memperoleh lisensi dengan pihak swasta pada 18 November 2024. Kemudian, dalam Jurnal Food Measurement and Characterization pada 4 April 2024 telah publikasi.

Direktur PT. Bangka Asindo Agri, Fidrianto mengatakan, sagu dapat tumbuh di lahan perairan maupun alamiah lainnya. Sagu memiliki manfaat lingkungan tinggi karena menyerap emisi karbon dioksida dalam jumlah besar. Selain itu, menyaring racun udara serta panen secara berkelanjutan tanpa tergantung musim.

“Tanaman ini tahan terhadap kondisi ekstrem dan tidak memerlukan pupuk buatan. Meski demikian, hingga kini belum ada lembaga dapat mensertifikasi sagu sebagai produk organik,” kata dia.

Menurut dia, hal tersebut merupakan tantangan bagi BRIN. Pihaknya masih menggunakan label natural, karena permintaan terhadap produk berlabel organik dari luar negeri sangat tinggi.

“Tanaman sagu telah masuk dalam Program Strategis Nasional (PSN) pada bidang hilirisasi,” kata dia.

Dia melanjutkan, potensi sagu dari Sumatra hingga Papua sangat besar. Pabrik di Papua dan Bangka menjadi model pengelolaan sukses. Mulai pengolahan singkong menjadi pati tapioka dan sagu menjadi pati sagu. Industri ini terintegrasi dengan biogas, sistem daur ulang air tertutup dan peternakan sapi memanfaatkan limbah industri.

“PT. Bangka Asindo Agri dapat berkolaborasi dengan peneliti BRIN dalam riset aplikatif dan mendukung pengembangan usaha,” terang dia. (*)

Read more

Local News