PanenTalks, Klaten – Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Klaten mencatat penggunaan Trap Barrier System (TBS) pada lahan tanam padi efektif menekan populasi hama tikus mengancam hasil pertanian.
“Sistem tersebut merupakan langkah strategis agar hama tikus dapat terkendali,” kata Kepala DKPP Klaten, Iwan Kurniawan, belum lama ini, mengutip jatengprov.go.id.
Dia mengatakan, pengendalian hama melalui tiga metode, yaitu mekanis dengan gropyokan dan TBS, biologis dengan penyebaran predator alami tikus seperti burung hantu dan ular dan kimia.
“Dari ketiganya, TBS dinilai paling menjanjikan, karena langsung menekan populasi tikus di lapangan,” kata dia.
Penerapan TBS, kata dia, dengan pemasangan pagar berupa plastik fiber di sekeliling lahan tanam dan memusatkan jalur masuk tikus dengan perangkap berupa bubu kawat. Penerapan TBS didukung dengan waktu tanam berbeda di setiap lahan bertujuan menekan dampak kerusakan.
“Di Jurangjero, ada beberapa lahan yang diterapkan TBS sebagai tanaman umpan, agar kerusakannya dapat dikendalikan. Setelah itu secara bertahap, lahan-lahan lain mulai ditanami padi,” kata dia.
Dari sisi biaya, pemasangan TBS berkisar Rp700 Ribu hingga Rp1 Juta per patok, tergantung bahan. Untuk satu hektare lahan, kebutuhan biaya diperkirakan Rp3,5 Juta sampai Rp4 Juta. Namun, pemasangan tidak harus melingkari seluruh sawah, cukup di jalur aktif tikus dengan tambahan tanaman umpan.
Dia melanjutkan, DKPP berencana memasukkan TBS dalam program perlindungan tanaman tahun depan. Pemkab berharap, penerapan teknologi ini dapat menjadi solusi berkelanjutan, menekan serangan hama tikus, dan meningkatkan produktivitas pertanian di Klaten.
Bupati Klaten Hamenang, Wajar Ismoyo menekankan, pentingnya inovasi pengendalian hama tikus masih menjadi masalah serius bagi petani Klaten.
“Pemkab akan memperluas program TBS mulai tahun depan, melalui anggaran khusus yang dikelola bersama DKPP Klaten. Sudah terbukti efektif, ke depan akan kita sebarkan lebih masif,” kata dia. (*)