PanenTalks, Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menegaskan komitmen terhadap konservasi hutan, pelestarian lingkungan hidup, dan pemberdayaan masyarakat melalui peluncuran buku Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Berkelanjutan.
Peluncuran ini berlangsung di Ruang Multimedia 1, Gedung Pusat UGM, dan menjadi ajang refleksi atas perjalanan panjang UGM dalam pengelolaan hutan berbasis komunitas.
Buku tersebut menyajikan dokumentasi dan analisis mendalam tentang bagaimana hutan tidak hanya dilihat sebagai kawasan konservasi. Namun hutan juga sebagai ruang hidup yang dapat memberdayakan masyarakat. Gagasan ini mengemuka dalam berbagai sesi diskusi selama peluncuran buku berlangsung.
Wakil Rektor UGM Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, yang juga menjadi editor buku, menekankan peran strategis hutan dalam kehidupan sosial dan ekologis masyarakat.
“Masyarakat bisa hidup dari hutan sehingga melestarikan hutan tidak hanya sebagai kawasan konservasi, melainkan sebagai ruang pemberdayaan yang hidup bagi mereka, akademisi, peneliti, dan para mitra,” ujar Arie.
Kontribusi lintas disiplin turut menjadi kekuatan utama dalam penyusunan buku ini. Dr. Nurhadi Susanto, dosen Program Magister Administrasi Publik (MAP) FISIPOL UGM, menjelaskan proses penulisan buku merupakan hasil kolaborasi antara FISIPOL UGM, Fakultas Kehutanan, serta fakultas-fakultas lain di UGM. Di antaranya Fakultas Ilmu Budaya, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, serta Fakultas Geografi.
“Buku ini hadir dari kolaborasi Fisipol UGM dan Fakultas Kehutanan UGM. Tidak hanya itu, kontributor buku ini juga hadir dari fakultas-fakultas lain. Momen peluncuran ini diharapkan dapat menjadi loncatan awal untuk mempertemukan para pihak yang terlibat maupun yang memiliki perhatian terhadap pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat,” ujar Nurhadi.
Isi buku ini memuat refleksi mendalam atas transformasi pengelolaan kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Blora-Ngawi. Wilayah ini menjadi laboratorium hidup mengembangkan model pemberdayaan masyarakat, konservasi lingkungan, serta kemitraan lintas sektor. Buku ini juga menjadi arsip intelektual atas praktik penguatan kapasitas sosial-ekologis yang telah dilakukan sejak tahun 2016.
Dibagi ke dalam 10 bab, buku ini mengeksplorasi pendekatan inovatif seperti analisis kemampuan lahan berbasis biofisik, praktik agroforestri, pengembangan ekonomi alternatif berbasis komunitas, hingga kajian ekofeminisme yang menyoroti peran perempuan dalam pengelolaan hutan.
Lebih dari sekadar catatan akademik, buku ini juga mengangkat realitas tantangan ekologis di lapangan, ketimpangan akses terhadap sumber daya alam, dan solidaritas sosial yang tumbuh di akar rumput. Narasi-narasi tersebut memperlihatkan pergeseran paradigma dari pendekatan eksploitatif menuju pengelolaan hutan yang kolaboratif, adil, dan berkelanjutan.
Peluncuran buku ini menjadi tonggak penting dalam upaya UGM untuk terus memperkuat keterlibatan akademisi dan masyarakat dalam tata kelola sumber daya alam yang adil dan berdaya tahan terhadap perubahan zaman. (*)