Senin, Agustus 18, 2025

UMKM Pangan Lokal Naik Kelas, Labu Kuning Jadi Produk Bernilai Tinggi

Share

PanenTalks, Jakarta-Labu kuning yang selama ini hanya dikenal sebagai bahan sayur sederhana, kini menjelma menjadi produk bernilai ekonomi tinggi berkat tangan kreatif pelaku UMKM.

Potret ini terlihat saat Deputi Bidang Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan NFA, Andriko Noto Susanto, berkunjung ke rumah produksi Fanny’s Labu di Samarinda, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu.

“Wah, ini luar biasa. Komoditas sederhana seperti labu kuning ternyata bisa diolah menjadi berbagai produk bernilai tambah tinggi, mulai dari brownies, donat, snack ringan hingga lapis legit,” ujar Andriko.

Dia menambahkan, labu kuning bukan hanya kaya gizi, tapi juga bisa menjadi alternatif karbohidrat yang lebih sehat dibanding nasi atau tepung terigu. Kandungan seratnya tinggi, kalorinya rendah, dan sesuai dengan prinsip pangan B2SA.

Direktur Penganekaragaman Konsumsi Pangan NFA, Rinna Syawal, menyebut Fanny’s Labu sebagai contoh nyata bahwa pangan lokal bisa menembus pasar modern tanpa kehilangan jati dirinya.

“Berawal dari sebuah labu, lahirlah inovasi yang mampu menginspirasi. Kita ingin semakin banyak pelaku usaha yang berani mengolah komoditas lokal menjadi produk kreatif, sehat, dan berdaya saing tinggi,” jelas Rinna.

Ia mengungkapkan, sepanjang 2024 NFA telah membina 34 UMKM pangan lokal dari barat hingga timur Indonesia. “Kami memfasilitasi peralatan usaha yang terbukti meningkatkan kapasitas produksi, memperluas pasar, sekaligus memperkuat denyut perekonomian pangan daerah,” ungkapnya.

Fanny, pemilik usaha Fanny’s Labu, mengaku labu kuning dipilih karena mudah diperoleh di pasar lokal Samarinda dan belum banyak dimanfaatkan pelaku usaha.

“Sejak mendapat bantuan berupa freezer, mixer, dough sheeter, dan proofer, kapasitas produksi meningkat pesat. Jumlah tenaga kerja juga bertambah dari 10 menjadi 15 orang,” jelas Fanny.
“Bantuan ini bukan hanya soal alat, tetapi juga dorongan moral bagi kami untuk terus berinovasi dan menjaga kualitas, terutama mengedepankan pola konsumsi B2SA.”

Kepala Badan Pangan Nasional, Arief Prasetyo Adi, menegaskan bahwa UMKM pangan lokal adalah tulang punggung ekonomi masyarakat.
“Keragaman sumber daya pangan kita sangat besar. Tugas kita adalah mengoptimalkannya, mulai dari pembinaan usaha, fasilitasi pemasaran, hingga menghubungkan produk mereka dengan jaringan distribusi seperti Koperasi Merah Putih dan Koperasi Desa (KOPDES). UMKM pangan lokal harus naik kelas dan menjadi penggerak ekonomi,” tegasnya.

Melalui Program PUPPL, NFA bukan hanya memberikan bantuan peralatan, tetapi juga pelatihan SDM dan akses pasar. “Dengan memperkuat UMKM pangan lokal, kita bukan hanya menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga memperkokoh ketahanan pangan nasional,” tambah Arief.

Kisah sukses Fanny’s Labu menjadi bukti bahwa inovasi sederhana dari pangan lokal mampu memberi dampak besar. Tidak hanya menggerakkan ekonomi keluarga dan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga menginspirasi pelaku UMKM lain untuk melihat potensi besar di dapur Indonesia.

Read more

Local News