PanenTalks, Buleleng – Mahasiswa Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) berhasil menginisiasi program inovatif bernama “Charity Education” di Yayasan Cahaya Impian Masa Depan (CIMD) Bali.
Program yang dilaksanakan melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM) ini bertujuan untuk memperkuat proses pembelajaran inklusif bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) melalui kombinasi teknologi dan terapi mental.
Yayasan CIMD Bali menghadapi tantangan besar karena menampung anak-anak dengan berbagai jenis ketunaan, termasuk tunarungu, tunagrahita, ADHD, down syndrome, tunadaksa, dan autisme, yang belajar dalam satu kelas yang sama.
Keterbatasan tenaga pendidik dan fasilitas seringkali membuat kebutuhan belajar spesifik para siswa belum terpenuhi secara optimal. Akibatnya, fokus, motivasi, dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran menjadi rendah, menghambat pencapaian suasana joyfullearning yang maksimal.
Untuk mengatasi masalah tersebut, tim PKM-PM yang diketuai Ni Komang Jessynda Ayuningtyas Aditya bersama empat anggota lainnya merancang solusi berupa Morph Cards Berdiferensiasi Berbasis Augmented Reality (AR) yang diintegrasikan dengan terapi mindfulness.
“Media Morph Cards ini dikembangkan dengan penyesuaian khusus untuk kebutuhan setiap ketunaan,” ungkap Jessynda Ayuningtyas Aditya melansir undiksha.ac.id.
Fiturnya meliputi tampilan tiga dimensi, dukungan audio, subtitle, dan bahasa isyarat.
Selain itu, sebelum sesi pembelajaran, siswa diberikan terapi mindfulness seperti penayangan video, musik klasik, dan aktivitas ice breaking untuk membantu meningkatkan fokus.
Program “Charity Education” dilaksanakan secara bertahap, mulai dari perencanaan bersama mitra, pembuatan media, pelatihan tutor, implementasi, hingga evaluasi. Program ini mendapat dukungan penuh dari Yayasan CIMD Bali dan Undiksha.
Dampak yang dihasilkan sangat positif. Selain meningkatkan motivasi, pemahaman, dan keterlibatan siswa, program ini juga berhasil meningkatkan kapasitas tutor dalam membuat dan menggunakan media pembelajaran berbasis teknologi, khususnya Morph Cards berdiferensiasi.
Nama “Charity Education” sendiri dipilih berdasarkan filosofi berbagi (charity) untuk mewujudkan pendidikan yang menyenangkan, setara, dan bermakna bagi ABK.
Dengan pendampingan dosen pembimbing, program ini diharapkan dapat menjadi model yang dapat diadopsi oleh lembaga serupa di Bali maupun di daerah lain, berkontribusi signifikan terhadap pengembangan pendidikan inklusif di Indonesia. (*)