Senin, Agustus 18, 2025

UNDIP Mendesain Alat Olah Sampah Plastik Jadi Bahan Bakar 

Share

PanenTalks, Semarang – Tim Peneliti Universitas Diponegoro menjawab keresahan masalah sampah plastik di Indonesia. 

Pengagas teknologi Dosen Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik UNDIP Prof. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng., Ph.D., IPU, ASEAN Eng. Bersama tim dari DIPO Fuel dengan dukungan LPPM UNDIP serta tiga mahasiswa bimbingannya. 

Prof. Didi menyampaikan, desain alat dengan sistem pemanas hybrid menggunakan oli bekas dan gas elpiji. Langkah ini memungkinkan alat tetap bekerja bahkan saat terjadi pemadaman listrik. 

“Untuk oli bekas kita memerlukan blower dan listrik. Jika listrik mati, proses tetap bisa berjalan dengan beralih ke gas elpiji,” kata dia.

Dia melanjutkan, penggunaan oli bekas karena itu bagian dari prinsip keberlanjutan. 

Mereka merancang dan mengembangkan alat pirolisis modular mengolah limbah plastik tanpa oksigen. Alat ini berpadu dengan katalis hasil pengembangan riset lokal. 

Hasilnya, sampah plastik seperti botol/gelas air minum, sendok makan, bungkus makanan, kantong belanja hingga styrofoam, bungkus bekas rokok dan lainnya. 

Bahan tersebut menjadi bahan bakar cair (liquid fuel), gas dan residu padat (wax) bernilai guna.

Dia melanjutkan, inovasi menjadi bagian riset kampus agar bisa menjawab kebutuhan nyata masyarakat.

Pada uji coba di TPST K3L UNDIP, alat ini berhasil mengolah 37,5 kg limbah plastik campuran dalam proses pirolisis selama 8 jam dengan suhu terkontrol di 443°C. 

Hasilnya, sebanyak 12,5 liter bahan bakar cair bisa untuk genset dan kompor modifikasi serta dua liter wax cair. 

Bahkan melalui pengolahan menjadi bahan campuran paving block ramah lingkungan. Gas sisa tidak terkondensasi seperti metana untuk mempertahankan suhu reaktor sehingga mewujudkan proses konversi energi nyaris tanpa limbah.

Ia memaparkan, proses pirolisis berlangsung. 

“Feed akan masuk dari atas ke dalam reaktor, lalu dihasilkan tiga produk. Gas keluar akan melewati dua kondensor untuk menghasilkan dua jenis liquid,” kata dia.

Dia melanjutkan, sisa gas akan bermanfaat sebagai bahan bakar pemanas jadi tidak ada yang terbuang. Tak hanya itu, sisa padatan berupa wax juga bisa bermanfaat. 

“Cetakan wax ini bisa menjadi paving block atau bentuk lain sesuai cetakan. Dengan kata lain, semua hasil dari alat ini bisa digunakan gas, liquid, maupun residunya,” tambahnya. 

Menariknya lagi, alat ini untuk bekerja secara kontinu dengan kapasitas hingga 700 kg limbah per hari.

Dari segi efisiensi, inovasi ini tergolong luar biasa. “Hasil rendemen liquid fuel dari alat pirolisis katalisis ini bisa mencapai 60 persen. Ini bisa menjadi sumber energi alternatif potensial,” ucap Prof. Didi.

Inovasi ini bukan sekadar solusi atas persoalan sampah plastik sulit terurai secara alami. Namun, menjadi jembatan antara ilmu pengetahuan dan solusi atas permasalahan nyata di masyarakat. Pendekatan teknologi aplikatif, ekonomis, efisien dan ramah lingkungan. (*)

Read more

Local News