Kamis, Juni 19, 2025

UNY Kembangkan Creativepreneur: Pembelajaran Inovatif Pendidikan Seni untuk Atasi Pengangguran dan Era Digital

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta (FBSB UNY) mengambil langkah strategis dalam menghadapi tantangan masa depan dan mempersiapkan lulusannya menjadi pelaku industri kreatif yang kompetitif melalui pengembangan model pembelajaran creativepreneur.

Inisiatif ini dirancang untuk menumbuhkan karakter kreatif peserta didik dan membekali mereka dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan zaman.

Pengembangan model pembelajaran ini dipelopori oleh sejumlah dosen dari program studi Pendidikan Seni Rupa FBSB UNY, termasuk Prof. Dr. Drs. Iswahyudi M.Hum., Prof. Dr. Zulfi Hendri S.Pd., M.Sn., dan Rony Siswo Setiaji S.Pd., M.Pd.

Prof. Iswahyudi menyoroti urgensi inovasi ini dengan mengacu pada data tingkat pengangguran di Indonesia tahun 2024 yang mencapai 4,91% atau sekitar 7,47 juta jiwa.

Menurutnya, angka ini mengindikasikan bahwa sistem pendidikan perlu bertransformasi agar dapat memberikan jaminan masa depan yang lebih baik bagi para lulusan.

“Melalui integrasi ketiganya, peserta didik tidak hanya belajar mengembangkan proyek nyata, tetapi juga diarahkan untuk menciptakan produk inovatif yang memiliki nilai ekonomis,” kata Zulfi Hendri.

Siswa antusias ikuti kelas metode creativeprenuer. (dok:uny)

Sementara itu, Rony Siswo Setiaji menjelaskan lima tahapan yang terstruktur dan sistematis. dalam model pembelajaran creativepreneur.

Tahap pertama pembelajaran creativepreneur adalah tahap pendahuluan dimana guru memberi pemahaman tentang produk kreatif yang bernilai jual dan mengajak siswa berdiskusi mengenai potensi produk tersebut.

Tahap kedua adalah tahap pengembangan ide dengan mind mapping yaitu tahap guru membimbing siswa dalam mengembangkan ide-ide kreatif dan membuat sketsa untuk menciptakan produk yang memiliki daya tarik pasar.

Tahap ketiga merupakan tahap pelaksanan proyek dan monitoring, di mana siswa mulai mewujudkan karya mereka dengan bimbingan, arahan dan motivasi dari guru.

Tahap penilaian hasil produk dilakukan pada tahap keempat, yaitu tahap siswa mempresentasikan hasil karya mereka dan menerima umpan balik dari guru untuk perbaikan produk.

“Terakhir adalah tahap evaluasi proses, guru dan siswa merefleksikan proses pembelajaran, mengidentifikasi potensi seni rupa sebagai peluang untuk menciptakan nilai tambah,” jelas Rony.

Model cretivepreneur telah diujicobakan di empat SMA di Kabupaten Sleman yaitu SMA Institut Indonesia Sleman, SMA Tiga Maret, SMAN 1 Turi dan SMAN 1 Ngemplak.

Berdasarkan uji coba yang dilaksanakan secara bertahap, dapat di simpulkan bahwa model pembelajaran ini terbukti layak, praktis dan efektif dalam meningkatkan kreativitas peserta didik.

Guru SMA N 1 Turi Heri Untoro, mengatakan model pembelajaran ini sudah bagus untuk mengarahkan peserta didik dalam menganalisis trend, sedangkan menurut guru SMA N 1 Ngemplak Jarot Supangat model pembelajaran ini bagus sebab mendukung siswa untuk kreatif dan antusias dalam pembelajaran seni rupa.

Diharapkan model creativeprenuer ini dapat membekali siswa agar siap untuk berkompetisi di dunia kerja dengan memiliki kemampuan dalam mengembangkan ide-ide kreatif menjadi peluang usaha, serta membuka ruang untuk menjadi pelaku industri kreatif yang inovatif dan berdaya saing. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News