Kamis, Juni 19, 2025

Upaya Industri Lokal Menyokong Program Makan Bergizi Gratis

Share

PanenTalks, Jakarta-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menggenjot kontribusi sektor industri nasional dalam mendukung program strategis pemerintah, termasuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menyasar peserta didik di seluruh Indonesia. Salah satu komponen vital dalam program ini adalah penyediaan peralatan makan dan minum yang aman dan memenuhi standar.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Setia Diarta, menyatakan bahwa sejumlah industri lokal telah menyatakan kesiapannya untuk memproduksi food tray (wadah makan) dalam jumlah besar. Bahkan, tidak hanya produsen peralatan dapur, industri dari sektor lain pun turut antusias bergabung.

“Beberapa industri non-alat dapur ikut antusias untuk memproduksi food tray guna mendukung jalannya program MBG,” ungkap Setia dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (22/4).

Setidaknya tujuh perusahaan telah mengonfirmasi kesiapannya, termasuk PT Almasindo, PT Arwana Gemilang Sejahtera, PT Inomec Jaya, PT Maspion, PT Multimegah Indahjaya, PT Supra Teratai Metal, serta pelaku industri permesinan dari Malang. Masing-masing mampu memproduksi hingga 100 ribu unit per bulan. Selain itu, 15 produsen lainnya dari sektor berbeda juga menyatakan minat serupa—dengan harapan produksi mereka dapat terserap optimal oleh pengelola dapur MBG.

Total kebutuhan peralatan makan dan minum untuk program ini diperkirakan mencapai 82,9 juta unit, mencakup sendok, garpu, dan food tray. Untuk food tray sendiri, pemerintah menetapkan standar material stainless steel 304 dengan ketebalan 0,6 mm.

Hingga akhir 2025, potensi suplai lokal diproyeksikan mencapai 15 juta set. Saat ini, realisasi baru menyentuh angka 300 ribu set, sementara produk impor masih mendominasi pasar. Ini menandakan adanya peluang besar bagi industri dalam negeri untuk mengambil alih pasar.

Namun, tantangan tetap ada. Ketersediaan bahan baku lokal masih terbatas, terutama karena kualitas yang kurang mendukung proses produksi tertentu seperti deep drawing. Hal ini membuat sebagian besar produsen bergantung pada bahan impor.

Meski demikian, geliat peningkatan produksi mulai tampak. Beberapa produsen kini telah meningkatkan kapasitas hingga 350 ribu unit per bulan, dengan utilisasi nasional berada di angka 50% dari kapasitas 600 ribu unit per bulan. Target 15 juta unit pada 2025 dinilai realistis seiring dengan perluasan lini produksi dan dukungan kebijakan.

Setiap set food tray membutuhkan sekitar 0,7 kg stainless steel dan menghasilkan produk jadi seberat 0,5 kg. Artinya, kebutuhan bahan baku untuk target produksi nasional mencapai 7.500 ton. Untuk efisiensi, skema impor barang setengah jadi juga menjadi opsi, di mana produsen lokal hanya melakukan proses akhir seperti trimming, folding, dan finishing.

Dalam aspek regulasi, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 53 Tahun 2024 tentang pemberlakuan SNI wajib untuk cookware dan flatware, berlaku efektif mulai 18 April 2025. Namun, food tray belum secara eksplisit tercakup dalam regulasi ini. Produk impor pun diwajibkan mengajukan pengecualian SNI melalui Pertek.

Standarisasi khusus untuk food tray MBG dinilai krusial karena segmentasi penggunanya mencakup balita, ibu hamil, ibu menyusui, hingga peserta didik. Artinya, aspek keamanan, kesehatan, dan keselamatan (K3) harus menjadi prioritas utama.

Selain food tray, industri nasional juga siap menyediakan berbagai kebutuhan program MBG lainnya seperti peralatan masak, kompor gas, wastafel, alat makan, hingga perlengkapan minum berbahan aluminium.

“Kemenperin akan terus mendorong penggunaan produk dalam negeri dan memastikan ekosistem industri nasional mampu menjadi tulang punggung pelaksanaan program strategis nasional,” tegas Setia.

Read more

Local News