PanenTalks, Semarang – Pemerintah Kota Semarang mengajak warga Ibu Kota Jawa Tengah untuk memanfaatkan lahan kosong dengan menanam singkong dan ubi sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap ketahanan pangan.
Ke dua tanaman tersebut merupakan uji coba program ketahanan pangan sebagai pengganti nasi, karena proses penanaman dan perawatannya mudah.
“Kami pilih ubi dan singkong sebagai pendamping beras, karena masa tanamnya pendek sekitar tiga sampai enam bulan saja,” kata Wali Kota Semarang Agustina Wilujeng, belum lama ini.
Dia melanjutkan, penanaman singkong dan ubi juga bisa di lahan tidak terlampau besar. Oleh sebab itu, warga Kota Semarang bisa memanfaatkan lahan di sekitar rumah.
“Ini ada lahan tidak terpakai sekitar 1000 meter, akan kami tanami singkong dan ubi, pengelolaannya mudah dan murah, juga bisa menggunakan lahan terbatas,” katanya.
Awal tanam dilakukan pada 21 Januari dan dilakukan panen pertama pada Jumat 27 Juni 2025. Pihaknya mengakui hasil kurang maksimal namun upaya ini dapat menjadi langkah awal program ketahanan pangan.
“Satu batang singkong ini bisa dapat 10 kilo. Tapi menurut analisa ahli pertanian tanahnya kurang subur. Kita akan tanam lagi, mungkin Agustus bisa panen lagi lebih baik,” ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang Shoti’ah mengatakan, pemanfaatan lahan-lahan kosong serta peran serta dan keterlibatan masyarakat dalam mewujudkan ketahanan pangan.
“Penanaman ubi jalar dan ubi kayu atau singkong, adalah bagian dari upaya pengembangan pangan lokal sebagai makanan pengganti beras,” kata dia.
Ubi jalar, kata dia, merupakan bahan makanan dengan kadar karbohidrat cukup tinggi sehingga bisa bermanfaat sebagai makanan mengganti beras.
Dia melanjutkan, perawatan singkong dan ubi, cocok bagi petani pemula ingin belajar pertanian. Terutama pada wilayah perkotaan karena perawatan mudah.
“Menanam ubi cenderung sangat mudah dan sederhana, tidak mudah terserang hama dan tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa panen,” tukas dia. (*)