PanenTalks, Yogyakarta – Program Nglarisi, aplikasi digital dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungan Pemkot Yogyakarta sesungguhnya memfasilitasi konsumsi produk UMKM. Namun transaksinya masih sangat rendah.
Perayaan Hari UKM Kota Yogyakarta tahun ini tidak hanya menjadi ajang promosi produk lokal, namun juga momen refleksi terhadap efektivitas kebijakan dalam mendukung pelaku usaha kecil. Salah satu perhatian utama tertuju pada program Nglarisi.
Hanya saja, Nglarisi sepertinya kurang diminati. Data menunjukkan hingga Juli 2025, transaksi melalui aplikasi tersebut baru mencapai Rp 879 juta. Ini hanya 1,7 persen dari total anggaran konsumsi makan dan minum OPD yang mencapai Rp 51 miliar.
Capaian yang rendah pun menjadi perhatian Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo.
“Sebetulnya kalau semua konsumsi itu kita kuasai, maka 60 persen pertumbuhan ekonomi itu ada di tangan. ‘Nglarisi’ itu untuk menghadang agar belanja-belanja yang tidak terkuasai oleh UMKM/UKM. Itu bisa dikuasai dan dikontrol dengan aplikasi Nglarisi,” ujar Walikota, Selasa 12 Agustus 2025.
OPD Optimalkan Nglarisi
Ia meminta seluruh OPD untuk mengoptimalkan kembali penggunaan aplikasi tersebut, sebagai bentuk keberpihakan nyata terhadap pelaku usaha lokal.
“Kepada para OPD, tolong lah Nglarisi-nya dihidupkan kembali dan dioptimalkan. Ini namanya gandeng-gendong, bela-beli produk sendiri. Ini menjadi bagian yang penting,” tegasnya.
Lebih jauh, Hasto menyoroti budaya konsumsi masyarakat yang menurutnya belum sepenuhnya mendukung produk lokal. Ia menilai, perilaku konsumtif yang lebih memilih produk luar daerah menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi lokal.
“Tanpa kita ngelarisi warganya sendiri, tetangganya sendiri, lalu kita mengeluarkan uang terlalu banyak, uang yang capital flight. Uang yang terbang ke tempat lain, maka kita sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari sekarang,” ujarnya.
Di sisi lain, ia juga mengingatkan pelaku UKM agar tak hanya fokus pada produksi, tetapi juga pada pemasaran dan pengembangan jaringan usaha.
“Kalau memproduksi sesuatu, jangan hanya dipikirkan produksinya, tapi pikirkan pasarnya dan networking-nya juga. Banyak sekali UKM yang semangatnya luar biasa kalau memproduksi, tapi tidak melihat apakah pasarnya ada atau tidak,” kata Hasto.
Menanggapi rendahnya persentase transaksi di aplikasi Nglarisi, Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Kota Yogyakarta, Drs. Tri Karyadi Riyanto Raharjo, menjelaskan bahwa data tersebut belum mencerminkan keseluruhan realitas.
“Angka ini dimaknai bukan berarti OPD-OPD tidak belanja di UMKM, yang bisa kami rekam adalah yang melalui Nglarisi. Kami mendorong baik penyedia jasa maupun pengguna jasa untuk bisa menggunakan aplikasi ini,” katanya
Tri menambahkan bahwa saat ini sistem pencatatan masih perlu ditingkatkan agar penggunaan aplikasi benar-benar mencerminkan dukungan OPD terhadap UMKM lokal.
Ia optimistis, dengan perbaikan sistem dan dukungan dari semua pihak, capaian program Nglarisi akan semakin meningkat ke depan. (*)