Jumat, September 5, 2025

Wamen Nezar Patria Dorong Perguruan Tinggi Kembangkan Riset Kecerdasan Artifisial

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Wakil Menteri Komunikasi dan Digital, Dr. Nezar Patria mengatakan sumber daya manusia adalah aset terbesar dalam mendorong kemajuan teknologi. Oleh sebab itu, pemerintah mengharapkan perguruan tinggi untuk mempersiapkan lulusan siap memimpin revolusi teknologi kecerdasan buatan atau AI.

Nezar menyebutkan, AI bukan hanya sebuah tren tetapi sebuah revolusi teknologi dalam kehidupan manusia. Para peneliti di universitas perlu untuk meningkatkan penelitian terkait penggunaan AI di industri dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari.

“Saya kira, ada ruang untuk berkembang dari sisi kualitas penelitian, tetapi AI ini bukanlah limitasi,” kata Nezar dalam seminar internasional “Night of Ideas 2025 workshop theme : Enhancing AI Society through Humanities Sciences: Freedom to Act, ability to Do” diadakan secara hybrid pada Selasa (22/4) di Ruang Multimedia Gedung Pusat UGM.

Nezar menegaskan, universitas merupakan mesin inovasi penelitian bahkan melakukan ikut pengembangan etis dalam penggunaan AI. Bahkan ia mengharapkan optimisme dan dukungan semua pihak dalam memanfaatkan AI untuk tujuan lebih baik. “Mari kita mempergunakan AI dengan optimisme, keberanian, dan komitmen untuk berjalan bersama,” katanya.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro, SS, M.Hum., DEA mengatakan, UGM berkomitmen dalam mendorong pengembangan dan pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam meningkatkan kualitas inovasi kualitas penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat. Bahkan UGM sendiri juga mendorong upaya pengembangan AI dari sudut pandang ilmu sosial dan humaniora.

Menurut Wening, diskusi mengenai isu-isu berkaitan dengan AI bidang sosial dan humaniora masih sangat jarang dilakukan. Kebebasan dalam memproduksi, mengedit, dan menyebarkan informasi seringkali kurang memperhatikan kesejahteraan.

“AI merupakan salah satu produk kecerdasan manusia paling maju. Namun, jika kita gagal menumbuhkan kesadaran kritis dan kapasitas ketajaman internal, AI dapat dibandingkan dengan nilai-nilai bersama,” terangnya.

Direktur Institut Francais Indonesia (IFI) Yogyakarta, Francois Dabin menuturkan, terdapat tantangan besar dalam pemanfaatan AI seperti ketergantungan informasi, perlindungan hak dasar, hingga penempatan pekerjaan manusia oleh AI.

Kolaborasi bersama dalam memanfaatkan AI untuk kepentingan masyarakat luas sangat diperlukan. “Bersama dengan UGM, kami memilih untuk bertindak lebih spesifik dengan kecerdasan buatan sebagai alat untuk meningkatkan kecerdasan kolektif dan meningkatkan kapasitas SDM,” tutupnya. (*)

Editor : Hendrati Hapsari

Read more

Local News