Sabtu, September 27, 2025

Waspada Stok Beras Jelang Akhir Tahun

Share

PanenTalks, Jakarta-Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) mengingatkan seluruh pemangku kepentingan pangan untuk waspada terhadap dinamika ketersediaan dan harga beras menjelang akhir 2025 hingga awal 2026.

“Kita semua perlu melihat pentingnya pengelolaan stok pangan dan memperhatikan tren produksi, karena pada periode November, Desember 2025, dan Januari 2026, produksi padi bulanan secara historis berada di bawah tingkat konsumsi bulanan,” ujar Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, seusai menghadiri Rapat Konsolidasi Satgas Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Banda Aceh, Kamis (18/9).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produksi beras nasional Januari–September 2025 mencapai 28,22 juta ton, meningkat 12,70 persen dibanding tahun lalu. Dengan konsumsi sebesar 23,21 juta ton, neraca beras nasional surplus 5,01 juta ton.

“Ini capaian positif yang harus kita syukuri. Namun kita tidak boleh lengah, sebab memasuki November hingga Januari, produksi padi biasanya turun. Sementara konsumsi bulanan tetap tinggi di kisaran 2,5 juta ton. Di titik inilah kita harus hati-hati menjaga ketersediaan dan stabilitas harga,” tegas Arief.

Ia menekankan pentingnya peran cadangan pangan pemerintah. “Cadangan pangan pemerintah itu ibarat rem dan gas, harus kita kelola dengan benar agar masyarakat tetap mendapatkan beras dengan harga terjangkau. Sementara petani juga terlindungi harga gabahnya,” katanya.

Arief juga menyoroti perkembangan harga beras medium. Data Panel Harga Pangan NFA mencatat, per 18 September 2025, harga di Zona 1 turun di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp 13.434 per kilogram. Sementara di Zona 2 tercatat Rp 14.049 per kg atau 0,35 persen dari HET, dan di Zona 3 mencapai Rp 15.976 per kg atau 3,07 persen di atas HET.

“Ini waktunya kita semua, baik pemerintah pusat, daerah, Bulog, hingga pelaku usaha, meningkatkan koordinasi. Kuncinya memantau data dengan cermat, memastikan distribusi lancar, dan bila perlu melakukan intervensi, baik lewat operasi pasar maupun penyerapan hasil petani,” ungkapnya.

Selain menjaga stok dan harga beras, Arief juga menekankan pengendalian inflasi pangan. “Januari 2025 dibuka dengan inflasi pangan tahunan 3,07 persen. Namun Februari hingga Juni berhasil ditekan ke 0,57 persen. Akan tetapi, Juli dan Agustus kembali naik ke 3,82 persen dan 4,47 persen. Ini alarm bagi kita agar intervensi pangan terus digencarkan,” jelasnya.

Dengan koordinasi dan langkah antisipasi, NFA optimistis stabilitas pangan dapat terjaga sehingga kepentingan produsen dan konsumen tetap seimbang.

Read more

Local News