Rabu, November 12, 2025

Waspada! Suhu Dingin Ekstrem Landa Yogyakarta hingga Agustus

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Suhu dingin ekstrem melanda Daerah Istimewa Yogyakarta, membawa serta fenomena “mbediding” yang akrab di telinga masyarakat Jawa. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta mengonfirmasi bahwa kondisi ini merupakan hal yang lazim terjadi, terutama saat kita mencapai puncak musim kemarau. Diprediksi, fenomena unik ini akan terus menyelimuti Yogyakarta hingga Agustus mendatang.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Reni Kraningtyas, menjelaskan akar penyebab di balik suhu dingin yang menusuk. “Fenomena mbediding terjadi karena dominasi angin timuran atau monsun Australia yang bersifat kering dan tidak membawa uap air,” terang Reni. Ia menambahkan, suhu dingin ini juga diperparang oleh menipisnya kandungan air di dalam tanah dan tutupan awan yang relatif sedikit. Kombinasi faktor ini menciptakan kondisi yang ideal bagi penurunan suhu signifikan.

Seberapa dingin? Reni mengungkapkan bahwa suhu terendah yang tercatat selama fenomena mbediding di Yogyakarta berkisar antara 20 hingga 22 derajat Celsius. Namun, ia juga memberikan peringatan, “Kemungkinan bisa lebih rendah tergantung kondisi atmosfer,” katanya pada Jumat (11/7). Jadi, warga Yogyakarta diminta untuk bersiap menghadapi potensi suhu yang lebih dingin lagi.

Tercatat pada Kamis (9/7) suhu hingga 20 derajat celcius pada malam hari. Sementara untuk suhu tertinggi pada Senin (7/7) dengan suhu 31 derajat celcius pada siang hari.

BMKG menyebutkan, wilayah Yogyakarta pernah menghadapi suhu terendah pada 2008, di kapanewon Gamping, kabupaten Sleman dengan catatan suhu 16,6 celcius.

Sementara untuk fenomena saat ini kemungkinan kecil untuk kembali mencapai suhu terendah seperti itu. Pasalnya, wilayah DIY tengah menghadapi musim kemarau basah dan kisaran suhu terendah berada pada 18-19 derajat celcius.

“Suhu terdingin akan terjadi pada bulan Juli-Agustus, saat memasuki puncak musim kemarau,” ujar Reni.

Menghadapi fenomena mbediding, Reni meminta masyarakat agar melakukan upaya antisipatif terhadap masalah kesehatan. Yakni dengan melakukan perilaku hidup bersih (PHBS), serta mengkonsumsi vitamin, dan minum air dalam jumlah yang cukup, serta mengenakan pakaian yang bisa menghangatkan tubuh.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu mengingatkan masyarakat, agar mewaspadai potensi penyebaran beberapa jenis penyakit.

Termasuk lanjut Endang, saat musim kemarau ini juga harus diwaspadai berbagai penyakit menular seperti infeksi saluran pernafasan akut, pneumonia, hingga diare.

“Minum air minimal delapan gelas sehari meskipun tidak dalam kondisi haus. Kemudian juga menghindari minum es, menghisap rokok, serta melakukan olahraga teratur,” ujar Endang. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News