PanenTalks, Yogyakarta – Yogyakarta tak pernah kehilangan pesonanya. Kota berjuluk ‘Daerah Istimewa’ ini selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik dari pelosok negeri maupun mancanegara. Kekayaan budaya, kisah sejarah yang memukau, dan aneka kuliner lezat menjadi daya tarik utama yang tak pernah gagal memikat hati para pelancong.
Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Daerah Istimewa Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara, menegaskan komitmennya dalam memanfaatkan status ‘Daerah Istimewa’ ini sebagai kunci untuk memperkenalkan budaya lokal kepada dunia.
“Dengan label Daerah Istimewa, kami juga memanfaatkannya untuk meningkatkan budaya sehingga warga juga bisa memahami akar budayanya dan juga bisa memelihara budayanya dalam komunitas lokal,” ujar GKR Bendara dalam gelaran International Conference of Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Kamis lalu, seperti dilansir dari Antara.

Melalui pendekatan ini, Yogyakarta tak hanya menawarkan destinasi wisata yang indah, tetapi juga mengajak setiap pengunjung untuk merasakan langsung denyut nadi kebudayaan yang hidup dan lestari, serta mendorong masyarakat lokal untuk semakin mencintai dan melestarikan warisan adiluhung mereka. Yogyakarta, dengan segala keistimewaannya, siap menyambut Anda dalam petualangan budaya yang tak terlupakan!
GKR mengatakan, dengan adanya gelar istimewa dan sistem pemerintahan yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X, dapat memberikan stabilitas melalui regulasi yang menunjang promosi wisata dalam daerah setempat.
Misalnya, menyediakan paket-paket wisata yang harus memasukkan konteks lokal atau kearifan lokal dari Yogyakarta. Langkah ini dinilai dapat membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung dan mengabadikan banyak momen di media sosial.

Pengalaman-pengalaman berwisata yang menarik, menurut GKR juga menyebabkan banyak warga di Indonesia mempunyai keinginan untuk menghabiskan masa tuanya di Yogyakarta.
Upaya lain yang Pemerintah DIY lakukan untuk memperkenalkan budaya dan tradisinya yakni memanfaatkan lahan-lahan yang dimiliki oleh sang Sultan, seperti RSUP Dr. Sardjito dalam rangka memproduksi ramuan herbal untuk dikenalkan pada turis yang datang.
“Mereka memiliki departemen khusus yang menggunakan ramuan herbal dan kami juga memproduksi berbagai ramuan tersebut. Itu juga menjadi misi Kementerian Kesehatan untuk membangun kembali rumah sakit yang lama menjadi lebih modern,” katanya.
Hal lain yang disampaikan GKR Bendara yakni dalam lima tahun ke depan Pemerintah DIY akan memperkuat pengembangan pariwisata kesehatan (health tourism).
GKR menjelaskan sejak tiga tahun yang lalu pemerintah setempat sudah menyatakan bahwa Yogyakarta telah menjadi salah satu destinasi prioritas untuk kebugaran. Hal itu terlihat dari adanya pergelaran ‘Yogyakarta Wellness Festival’ yang rutin diselenggarakan setiap bulan November.
“Festival kebugaran itu disatukan dengan kebijakan lokal,” kata GKR Bendara.
“Karena kami semua mengetahui saat ini kedua sektor yaitu layanan kesehatan dan pariwisata itu bisa jadi pendorong kuat untuk ketangguhan ekonomi dalam lima sampai 10 tahun ke depan,” tambah dia.
Dari sisi penyerapan tenaga kerja diharapkan fokus tersebut dapat menjadi kesempatan bagi pekerja untuk meningkatkan kualitas diri dan kompetensinya.
“Bagi saya, semua orang harus bekerja sama dan menyiapkan tenaga kerjanya dan ini menjadi sangat penting yaitu kualitas tenaga kerjanya serta kita harus memastikan bahwa mereka (pekerja) memenuhi atau mencapai standar internasional,” ujar GKR Bendara. (*)
Editor: Rahmat