Kamis, Juni 19, 2025

Yogyakarta, Kota Batik Dunia: Segoro Amarto, Mahakarya Filosofi yang Abadi!

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Yogyakarta memperkuat identitas sebagai Kota Batik Dunia dengan meluncurkan motif baru, Batik Segoro Amarto. Motif ini diluncurkan oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, pada Kamis (22/5) di Pusat Desain Industri Nasional (PDIN).

Batik Segoro Amarto merupakan hasil kolaborasi seniman dan desainer batik, menjadikannya aset tak berwujud berupa desain batik kontemporer bagi Yogyakarta. Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa motif ini adalah transformasi dari motif batik lama yang diperbarui tanpa menghilangkan makna filosofis aslinya.

Makna Filosofis di Balik Motif Batik Segoro Amarto:

Motif baru Batik Segoro Amarto. (dok:pemkotyogya)

Cepek Papat / Sedulur Papat: Melambangkan empat saudara pelindung manusia dari kandungan hingga akhir hayat.

Asem Jawa: Bermakna sinom (semangat muda) dan sengsem (senantiasa menyenangkan).

Peksi Bulu 10: Melambangkan era Sri Sultan Hamengkubuwono X, bermakna kemajuan dan perkembangan berkelanjutan.

Aruman (paling kanan), pemenang lomba perancang motif batik. (dok:pemkotyogya)

Canting: Melambangkan Yogyakarta sebagai Kota Batik Dunia.

Ceplok Belah Papat: Melambangkan air sebagai sumber kehidupan dan representasi “segara amarta”.

Truntum Lima: Melambangkan lima butir Pancasila.

Pelita: Melambangkan harapan sebagai penerang kehidupan.

Sawo Kecik “Sarwo Becik”: Melambangkan pemberian kebaikan secara berkelanjutan.

Tugu Pal Putih: Melambangkan “manunggaling kawulo lan gusti” (bersatunya rakyat dan Tuhan).

Buku dan Pena: Melambangkan Yogyakarta sebagai Kota Pendidikan dan Kota Pelajar.

Desain motif batik tersebut merupakan hasil karya Aruman, pemenang lomba perancang motif batik, yang kemudian disempurnakan oleh tim kurator untuk memastikan harmonisasi estetika dan filosofi batik Yogyakarta tetap terjaga.

Sebagai bentuk nyata dukungan terhadap pelaku ekonomi lokal, Pemerintah Kota Yogyakarta akan mewajibkan penggunaan Batik Segoro Amarto bagi sekitar 6.000 pegawai Organisasi Pegawai Daerah (OPD) dan pelajar dari tingkat SD hingga SMA minimal sekali dalam seminggu. Hasto berharap langkah tersebut memberi dampak ekonomi langsung bagi para perajin batik lokal.

“Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) sudah ada, cap juga sudah ada. Tinggal kita bentuk kelompok. Koperasi Merah Putih pun bisa langsung berkarya dalam bentuk koperasi yang sifatnya bukan untuk sektor jasa, tetapi produksi yang real. Ini untuk mengurangi jumlah koperasi yang hanya melayani simpan pinjam,” ungkapnya.

Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo menambahkan, 100 orang perajin batik dalam Koperasi Merah Putih akan menjadi garda depan dalam produksi dan pemasaran motif baru Batik Segoro Amarto.

Produksi dilakukan secara desentralisasi dari rumah-rumah perajin, dengan sistem distribusi dan pemasaran terpusat melalui koperasi.

Sementara itu, pemenang lomba perancang motif baru batik Segoro Amarto, Aruman mengatakan, desain batik Segoro Amarto dalam finishingnya dibantu oleh para kurator. Namun, unsur yang digali dalam batik yang dibuat tidak terlepas dari simbol Segoro Amarto yang berarti Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyokarto.

“Saya menggabungkan gambar tugu jogja, buku, pulpen, pelso bulu 10, truntum, dan canting sebagai kota batik dunia, serta segoro amarto atau gunungan. Selain itu, unsur yang lain ditambahkan oleh para kurator seperti asam jawa dan sawo kecik. Semua unsur tersebut tetap mempertahankan motif batik yang lama dan bentuk penyegaran,” katanya.

Ia berharap, dengan regulasi yang dibuat, motif baru batik Segoro Amarto dapat menghidupkan kembali penjualan produk lokal. Sehingga perekonomian Kota Yogyakarta semakin meningkat. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News