PanenTalks, Yogyakarta – Yogyakarta, kota yang sarat akan sejarah dan budaya, kini diambang pengukuhan sebagai Ibu Kota Budaya oleh Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Rencana ini bukan sekadar gelar semata, melainkan sebuah peluang emas untuk mendorong produktivitas masyarakat melalui ekosistem budaya yang telah lama bersemi.
Pernyataan optimistis ini disampaikan langsung oleh Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, pada Rabu (2/7) di Ruang Sadewa Balai Kota. Menurutnya, Yogyakarta telah memiliki bekal yang lebih dari cukup, baik dari segi ekosistem maupun sistem pendukung, untuk menyandang predikat bergengsi ini.
“Secara existing potensinya sudah ada, banyak seniman dan budayawan lahir di Yogyakarta, di sini ada perguruan tinggi yang melahirkan profesor dan maestro seni budaya sejak zaman dulu,” ujar Hasto dengan penuh keyakinan.
Ia menambahkan, “Ekosistem yang sudah ada ini bisa menghasilkan sesuatu yang alami dan luar biasa.”
Lebih dari sekadar potensi fisik, Yogyakarta juga memiliki sesuatu yang tak benda (intangible), sebuah esensi yang tak kasat mata namun dapat dirasakan oleh setiap insan yang pernah menginjakkan kaki di tanahnya.
“Semua orang yang pernah tinggal di Yogyakarta akan melewati proses yang tidak tampak tapi bisa dirasakan. Baik itu dari segi pemikirannya maupun pribadinya, karena kita tumbuh dengan nuansa ekosistem yang kaya akan kompleksitas budaya,” jelas Hasto, menggambarkan kekayaan spiritual dan intelektual yang ditawarkan Yogyakarta.
Pengukuhan sebagai Ibu Kota Budaya diharapkan dapat menjadi katalisator bagi berbagai inisiatif kreatif dan ekonomi, memanfaatkan kancah seni dan budaya yang telah mapan di kota ini. Ini adalah momentum bagi Yogyakarta untuk semakin bersinar, menginspirasi, dan berkontribusi lebih besar bagi kemajuan bangsa
Hasto juga menyatakan kekayaan seni, budaya dan sejarah di Kota Yogyakarta harus dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif.
“Selain apa yang sudah ada saat ini, kita juga harus berpikir ke depan untuk jangka panjang. Misalnya dengan membangun bangunan yang diproyeksikan untuk puluhan tahun ke depan sebagai situs budaya ataupun heritage,” imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif JKPI, Nanang Asfarinal mengutarakan, kehadiran JKPI bertujuan sebagai wadah pelestarian benda pusaka, cagar budaya dan situs sejarah.
“JKPI lahir pada 2008 lalu dengan hanya beranggotakan 11 daerah dan hingga kini sudah ada 75 anggota yang dihimpun. Kami juga mengapresiasi bagaimana Kota Yogyakarta mempersiapkan diri sebagai tuan rumah Rakernas JKPI 2025,” ungkapnya.
Kaitannya soal Ibu Kota Budaya, tambah Nanang, juga telah mendapat dukungan dari Kemenjadi Kebudayaan yang saat itu telah dilakukan audiensi dan diskusi bersama Menteri serta anggota JKPI.
“Launching Ibu Kota Budaya nanti akan bersamaan dengan rangakaian JKPI pada Agustus 2025. Tujuannya selain untuk penguatan pelestarian budaya juga sebagai elaborasi meningkatkan potensi wisata berbasis kebudayaan,” tambahnya. (*)
Editor: Rahmat