PanenTalks, Jakarta– Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan Gerakan Pangan Murah (GPM) menjadi program utama dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan di Indonesia.
Program ini diinisiasi sejak tahun 2022 dan terbukti efektif sebagai instrumen pemerintah untuk menyediakan bahan pangan pokok dengan harga terjangkau langsung ke masyarakat.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menyatakan GPM adalah wujud nyata kehadiran negara untuk meringankan beban masyarakat, terutama saat harga pangan mengalami tekanan.
“Stabilisasi pangan adalah kerja bersama. Terima kasih kepada semua pihak, mulai dari kementerian/lembaga, pemerintah daerah, BUMN, hingga pelaku usaha yang terus mendukung GPM,” ujar Arief melansir badanpangan.go.id 30 Agustus 2025.
Sejak Januari hingga 29 Agustus 2025, GPM telah sukses digelar di lebih dari 7.033 titik lokasi yang tersebar di 36 provinsi.
Berbagai bahan pangan pokok seperti beras, gula, minyak goreng, daging ayam, telur, dan cabai diprioritaskan dalam program ini untuk menekan gejolak harga.
Selain GPM, Bapanas juga mengandalkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang disalurkan melalui Perum Bulog. Hingga 28 Agustus 2025, realisasi penyaluran beras SPHP sudah mencapai 284,2 ribu ton.
Program GPM telah menunjukkan tren peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2022, GPM dilaksanakan sebanyak 442 kali, meningkat menjadi 1.626 kali pada 2023, dan melonjak tajam hingga 9.547 kali pada 2024. Peningkatan ini berkontribusi signifikan terhadap pengendalian inflasi nasional.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi tahunan (year to date) pada 2024 tercatat 1,54 persen, menjadi yang terendah sejak 1958.
Capaian ini menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan inflasi tahun 2022 yang mencapai 5,51 persen dan 2023 yang sebesar 2,61 persen.
Kombinasi antara Gerakan Pangan Murah dan distribusi beras SPHP diharapkan dapat menjaga stabilitas pangan secara efektif dan memberikan dampak positif yang nyata bagi seluruh masyarakat Indonesia. (*)
