PanenTalks, Yogyakarta – Optimalisasi peran kios Segoro Amarto menjadi cara melakukan pengawasan isu maraknya beras oplosan. Ini menjadi kiat Kota Yogyakarta menghadai isu itu.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menanggapi maraknya isu beras oplosan.Pengawasan bakal makinketat
Ia menyatakan akan memperketat pengawasan distribusi beras di kota tersebut. Salah satu langkah yang diambil adalah melalui optimalisasi peran kios Segoro Amarto. Kios itu sendiri dalam pengelolaan langsung Pemerintah Kota Yogyakarta.
Dalam keterangannya, Hasto menjelaskan kios-kios Segoro Amarto yang tersebar di sejumlah pasar tradisional akan menjadi pusat distribusi beras bermutu yang terjamin keasliannya.
“Kami ingin mengontrol beras-beras oplosan itu melalui kios Segoro Amarto. Jadi di kios Segoro Amarto ini kita sediakan beras yang standar, dengan berbagai macam level harga dan kualitas. Di situlah kami ingin memberikan contoh-contoh beras yang tidak oplosan, dan masyarakat kan bisa beli di toko Segoro Amarto,” kata Walikota.
Lebih lanjut, Hasto memaparkan praktik oplosan yang umum ditemukan di pasar, yakni mencampurkan beras berkualitas tinggi dengan jenis beras berkualitas rendah. Meski tidak berbahaya secara kesehatan, praktik tersebut dinilai menyesatkan karena mengaburkan mutu produk yang dijual.
“Kadang-kadang beras kepala, beras kepala itu beras yang utuh itu dicampur dengan menir sehingga akhirnya kandungan menirnya itu kan jadi lebih tinggi. Sebetulnya oplosan itu kan tidak seperti dioplos dengan barang yang racun, itu kan tidak begitu. Oplosan di sini kan harusnya misalnya beras kepala, beras kepala kan harganya tinggi, kemudian bisa dicampur dengan beras yang mereknya lebih rendah. Contohnya menir tadi. Ya, hal-hal seperti itu yang harus kita awasi,” jelasnya.
“Kami akan mengontrol, supaya tidak tertipu,” tambah Hasto.
Isu beras oplosan mencuat setelah Kementerian Perdagangan merilis daftar sepuluh merek beras yang diduga telah dicampur, di mana salah satunya disebut-sebut beredar di wilayah Yogyakarta. Kendati belum ada temuan langsung di Pasar Beringharjo, isu ini sudah menimbulkan keresahan di kalangan pedagang.
Sriyati, seorang pedagang bahan pokok yang sudah berjualan lebih dari 20 tahun di Pasar Beringharjo, mengaku cemas dengan dampak yang bisa ditimbulkan isu ini terhadap usahanya.
“Kalau memang praktik itu benar terjadi, tentu membuat pedagang khawatir,” ujarnya saat ditemui, Selasa (15/7).
Dengan langkah pengawasan yang lebih ketat, Pemerintah Kota Yogyakarta berharap kepercayaan konsumen tetap terjaga dan praktik curang di pasar bisa ditekan semaksimal mungkin. (*)