PanenTalks, Bantul – Serangan keong emas yang selama ini menjadi momok bagi petani padi, kini justru memberi manfaat saat berada di tangan mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Melalui inovasi bernama Agriverse, Arif Reksa Pambudi mengembangkan pupuk organik cair berbasis keong emas. Pupuk ini pun mampu meningkatkan hasil panen sekaligus menjaga kesuburan tanah.
Padahal selama ini keong emas merupakan salah satu hama utama yang menyerang tanaman padi, terutama pada masa tanam awal. Hama ini bisa memangsa bibit padi dan menyebabkan kerusakan serius hingga mengurangi hasil panen secara signifikan.
Di sisi lain, ketergantungan terhadap pupuk kimia justru membuat kualitas tanah kian buruk dalam jangka panjang.
Agriverse dengan Pendekatan Circular Agriculture
Tergerak oleh keprihatinan terhadap kondisi petani dan ancaman terhadap keberlanjutan pertanian, Arif menggagas Agriverse dengan pendekatan circular agriculture: hama yang merusak lahan ternyata bisa menjadi olahan pupuk yang justru kembali menyuburkan tanah.
“Agriverse mencoba menjawab keresahan petani yang setiap musim harus menghadapi serangan hama. Tetapi di saat yang sama harus menggunakan pupuk kimia yang semakin menurunkan kesuburan tanah,” kata Arif.
“Konsepnya adalah circular agriculture, sehingga hama menjadi olahan pupuk yang bisa untuk menghasilkan produk pertanian berbahan dasar organik,” ujar founder sekaligus CEO Agriverse ini.
Produk pupuk organik dari Agriverse dikembangkan dari keong emas yang difermentasi menjadi biofertilizer mengandung mikroorganisme aktif. Uji coba di sawah seluas 5.000 meter persegi di Tempel, Sleman, menunjukkan hasil yang menggembirakan.
“Hasilnya mampu meningkatkan panen dari semula hanya 2,8 ton menjadi 3,1 ton,” ucap Arif melanjutkan.
Inovasi ini berakar dari pengalaman pribadi Arif yang tumbuh di lingkungan keluarga petani. Sejak tahun 2024, saat masih menjadi mahasiswa baru, ia mulai mengembangkan Agriverse dengan dukungan SEBI UMY dan program P2MW. Arif juga membentuk tim mahasiswa lintas jurusan untuk memperkuat sisi teknis dan bisnis Agriverse.
“Sejak kecil, saya melihat bagaimana petani kesulitan saat gagal panen akibat serangan hama. Satu keong emas saja bisa menghasilkan hingga 500 butir telur dan berkembang sangat cepat,” tutur dia.
“Saya lalu berpikir harus ada cara agar hama ini tidak hanya dikendalikan, tapi juga bermanfaat bagi petani,” ujarnya.
Kolaborasi dengan Kelompok Tani
Kini, Agriverse telah menjalin kerja sama dengan Balai Penyuluh Pertanian dan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman. Mereka juga berkolaborasi dengan sejumlah kelompok tani di wilayah Sleman dan perbatasan Yogyakarta-Magelang.
Salah satu kolaborasi strategis dilakukan bersama Soga Farm Indonesia, yang menyediakan lahan seluas 1 hektare untuk uji coba di dalam greenhouse.
“Jika berhasil, seluruh mitra petani dari Soga Farm Indonesia sebaiknya menggunakan pupuk dari Agriverse,” jelas Arif yang juga mahasiswa Fakultas Hukum UMY.
Arif menyadari bahwa mengubah sistem pertanian dari ketergantungan pada bahan kimia ke sistem organik memerlukan proses dan waktu. Namun, ia tetap yakin bahwa edukasi dan pendampingan dapat mempercepat perubahan tersebut.
“Kami ingin menjadi katalis dalam pengolahan lahan berbasis organik. Saat ini, Agriverse juga sedang mempersiapkan pengembangan produk beras organik yang menggunakan pupuk kami untuk mendukung praktik pertanian berkelanjutan. Ini adalah bentuk nyata dari circular agriculture yang ingin kami dorong,” kata Arif memungkasi. (*)