Jumat, Juni 13, 2025

Kisah Shafira ke Piala Dunia, Mengenal Catur Sejak Usia 3 Tahun

Share

PanenTalks, Yogyakarta – Kisah perjalanan pecatur muda Shafira Devi Herfesa untuk menembus Piala Dunia Catur 2025 luar biasa dimulai umur 3 tahun saat dikenalkan ayahnya olahraga catur hingga nmembuatnya berhasil menjadi salah satu atlet catur berpotensi dan membanggakan Indonesia.

Shafira Devi Herfesa bisa lolos ke Piala Dunia Catur 2025 di Georgia pada 5-29 Juli 2025 mendatang setelah tampil gemilang di Kualifikasi Piala Dunia Catur 2025 Zona 3.3 (Wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara).

Dalam babak kualifikasi yang diadakan di Holiday Inn, Ulaanbaatar, Mongolia pada 22 April-2 Mei 2025 lalu, Shafira bahkan tak masuk nominasi atlet yang diunggulkan karena secara peringkat hanya berada di urutan ke-20 dari 55 peserta. Namun tak disangka, Shafira justru berhasil mengalahkan sejumlah pecatur asal yang diunggulkan.

Indonesia sendiri dalam kualifikasi Piala Catur Dunia 2025 di Mongolia itu mengirim enam pecatur, yakni empat pecatur putra dan dua pecatur putri. Mereka bersaing dengan para pecatur dari Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, dan Mongolia.

Dara kelahiran 13 Desember 2008 ini menjadi satu-satunya pecatur non-gelar internasional yang berhasil menembus tiga besar Asian Zone 3.3 dan lolos ke Piala Dunia. Selain berhak atas tiket lolos ke Piala Dunia Catur 2025, ia berhak membawa pulang trofi dan hadiah uang sebesar USD1.500.

Di babak penentuan Asian Zone 3.3 Chess Championship 2025 itu, ia sukses menaklukkan Woman Grandmaster (WGM) Turmunkh Munkhzul, pecatur tuan rumah. Kemenangan itu membuatnya berada di puncak klasemen akhir dengan 7 poin dari 9 babak, dengan koleksi poin yang sama yang diraih oleh Women FIDE Master (WFM), Enkh-Amgalan Enkhrii dari Mongolia.

“Alhamudlillah senang dan bangga. Kemarin pas sebelum ke babak terakhir itu saya sebenarnya posisinya masih di nomor empat. Nah, waktu itu saya ketemu yang nomor satu, saya harus menang supaya setidaknya masuk tiga besar dan yang posisinya nomor dua itu harus kalah supaya saya bisa naik,” jelas Shafina dikutip dari laman resmi kemenpora.go.id.

“Kemudian ternyata saya menang sama yang nomor satu dan yang posisi dua kalah, sisa yang nomor tiga. Saya saing bersaing dengan poin sama dengan yang nomor tiga akhirnya adunya ke TB 1 dan alhamdulillah saya menang,” imbuh Shafira yang masih menempuh pendidikan di SMPN 4 Depok, Sleman, Yogyakarta ini.

TB1 atau Tiebreak 1 adalah cara pertama untuk menentukan pemenang jika ada pemain yang memiliki skor yang sama setelah semua pertandingan selesai dalam turnamen catur. TB1 mengacu pada poin kemenangan pertandingan, di mana kemenangan mendapatkan 2 poin dan hasil seri mendapatkan 1 poin.

Keberhasilan ini tak hanya mendongkrak namanya di dunia catur Asia Tenggara dan sekitarnya, tetapi juga mempersembahkan gelar Woman International Master (WIM).

Torehan sejarah yang dibuatnya ini tak terjadi instan begitu saja, dirinya menggeluti dunia catur sejak usia tiga tahun dengan tekad besar dan disiplin tinggi.

“Awalnya dikenalin catur sama ayah pas masih kecil usia 3 tahun. Kelas 2 SD suka ikut kejuaraan tingkat kecamatan. Dan sekarang di pelatnas junior sejak Agustus 2023,” ujar putri dari Dewi Rochana ini.

Mengikuti berbagai ajang kompetisi catur sejak kelas 2 SD, Shafira mulai meraih berbagai gelar juara.

Catatan prestasi yang pernah Shafira diantaranya dua medali emas dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) DIY tahun 2022, Juara Kejuaraan Catur Nasional U-19 kategori putri, serta menjuarai PON Aceh-Sumut 2024 pada nomor catur standar perseorangan.

Kini masuk dalam pelatihan nasional (pelatnas) catur dan mewakili Indonesia di berbagai ajang internasional. (*)

Editor: Rahmat

Read more

Local News