Rabu, Juli 23, 2025

Kredit UMKM Melambat, Bank Indonesia Turunkan Suku Bunga Acuan

Share

PanenTalks, Jakarta-Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pada Juni 2025 hanya tumbuh 2,18% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Perlambatan ini berdampak pada pertumbuhan kredit perbankan secara keseluruhan yang ikut melambat ke level 7,77% yoy, dari sebelumnya 8,43% pada Mei 2025.

Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Bambang Arianto, menjelaskan pelemahan kinerja korporasi menjadi faktor utama yang memengaruhi lambatnya pertumbuhan kredit UMKM.

“UMKM selama ini bertindak sebagai penyuplai barang dan jasa bagi korporasi. Jadi kalau korporasi melambat, UMKM yang bergantung juga ikut terdampak,” ujarnya dalam Editors Briefing BI, beberapa waktu lalu.

Bambang menambahkan, segmen usaha menengah mencatat rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) tertinggi sebesar 5,37%, diikuti usaha kecil 4,3%, dan mikro 4,01%. Kondisi ini menunjukkan meningkatnya risiko pembiayaan UMKM, yang membuat perbankan lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit.

Ia juga menyebut bahwa kebutuhan restrukturisasi kredit UMKM masih perlu dikaji lebih dalam oleh lintas regulator, terutama Otoritas Jasa Keuangan (OJK). “Pembiayaan inklusif masih diwarnai perlambatan karena risiko kredit yang meningkat,” tambahnya.

Salah satu indikator lainnya adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR), yang hingga Juni 2025 baru mencapai Rp131,84 triliun kepada 2,3 juta debitur, atau 45,9% dari target tahunan sebesar Rp287,47 triliun.

Gubernur BI Perry Warjiyo turut menyoroti kondisi ini saat menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur, Rabu (16/7/2025). “Kredit UMKM tumbuh rendah, hanya 2,18% yoy. Karena itu, BI mengambil langkah akomodatif melalui kebijakan makroprudensial,” kata Perry.

Sebagai respons terhadap perlambatan kredit dan untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi, BI menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%. “Suku bunga Deposit Facility turun menjadi 4,5%, dan Lending Facility menjadi 6%,” jelas Perry.

Ia menegaskan keputusan ini sejalan dengan ekspektasi inflasi yang tetap rendah dalam kisaran target 2,5% ±1%, stabilitas nilai tukar rupiah, serta upaya memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.

Read more

Local News