PanenTalks, Buleleng – Sebuah inovasi menarik datang dari Desa Sepang, Buleleng, yang perlahan mengubah pandangan terhadap kopi robusta.
Segiri Kopi, nama produknya, adalah hasil eksperimen fermentasi unik oleh Wayan Wardana (58), seorang penggiat kopi lokal yang ingin membuktikan bahwa robusta tidak selamanya “kopi kelas dua.”
Selama ini, kopi robusta di Buleleng sering dianggap kalah pamor dibanding arabika Kintamani yang memiliki rasa lebih asam dan segar. Namun, Wardana melihat potensi besar di balik rasa pahitnya.
Ia memulai serangkaian eksperimen untuk menghasilkan biji robusta dengan rasa yang lebih halus dan kompleks.
Nama Segiri Kopi menggabungkan nama dua desa, Sepang dan Wanagiri, yang memiliki karakter kopi berbeda. Sepang dikenal dengan robustanya yang pahit, sementara Wanagiri memiliki karakteristik rasa yang lebih asam.
“Selama ini robusta hanya dianggap kopi murahan, padahal di balik kepahitannya ada potensi besar. Saya ingin membuktikan bahwa robusta juga bisa punya rasa yang halus dan berkelas,” ujar Wardana melansir bulelengkab.go.id.
Ia menyatukan kedua filosofi ini dalam satu cangkir, menciptakan cita rasa baru yang menjembatani robusta dan arabika. Tujuannya adalah menghadirkan kopi yang bisa dinikmati siapa saja tanpa stigma.
Eksperimen Fermentasi Unik
Proses pembuatan Segiri Kopi tidak biasa. Wardana menggunakan dua metode fermentasi unik:
Fermentasi anaerob (tertutup tanpa udara) dengan bantuan enzim rayap.
Fermentasi aerob (terbuka dengan udara) menggunakan ragi tempe.
Biji kopi robusta pilihan difermentasi selama satu hingga tiga hari. Fermentasi satu hari menghasilkan rasa yang lebih lembut, sementara fermentasi dua hingga tiga hari menciptakan sensasi asam yang lebih kuat, mendekati karakteristik arabika.
“Kalau fermentasi satu hari, rasa robustanya jadi lebih ringan. Kalau tiga hari, asamnya keluar dan mendekati arabika. Dari situ konsumen bisa memilih sesuai lidahnya,” jelas Wardana.
Saat ini, produksi Segiri Kopi masih terbatas, dengan harga jual Rp25.000 per seratus gram. Meski demikian, produk ini mulai diminati dan bahkan beberapa konsumen memesan fermentasi khusus sesuai selera.
Wardana menyadari bahwa perjalanannya masih panjang. Segiri Kopi sudah didaftarkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk melindungi karyanya.
Harapannya, inovasi ini bisa menjadi jalan baru bagi kopi robusta lokal, sehingga harganya bisa naik dan petani tidak lagi merasa tertinggal.
“Saya tidak bermimpi terlalu tinggi, tapi saya yakin kalau robusta bisa mendekati rasa arabika, harganya juga bisa naik. Itu artinya petani tidak lagi merasa tertinggal,” pungkasnya.
Segiri Kopi lebih dari sekadar minuman; ini adalah kisah tentang semangat bereksperimen dan tekad untuk mengangkat martabat kopi Buleleng, membuktikan bahwa robusta pun bisa menjadi kebanggaan baru. (*)